Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dokumentasi (1) Selusur Sungai Musi 2015

23 Januari 2022   12:10 Diperbarui: 23 Januari 2022   12:14 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di depan Jembatan Ampera Palembang 2015/Dokumentasi pribadi

Terpesona aku melihat wajahnya/Tatkala aku duduk di dekatnya/Sebiduk seiring kali menyeb'rang/Berperahu ke seb'rang Sungai Musi.

Lagu "Sebiduk di Sungai Musi", direkam oleh penyanyi Alfian  pada 1964 cukup menggambarkan seperti apa mobilitas antara kawasan Ulu dan Ilir di Kota Palembang. Pada waktu lagu itu direkam Jembatan Ampera sedang dibangun pada 1962 dan baru diresmikan pada November 1965. 

Saya dan rombongan TX Travel yang jumlahnya puluhan menggunakan angkutan kapal motor untuk menelusuri Sungai Musi  dan singgah di sejumlah obyek wisata pada 31 Januari hingga 1 Februari 2015.

Saya juga tidak membayangkan bahwa angkutan umum Palembang masih akan ditambah dengan kereta LRT yang melintasi Sungai Musi dari Bandara Sultan Badaruddin dengan Stadion Jaka Baring ketika berlangsung Asian Games 2018.

Kami berangkat dari sisi Ilir, dari dermaga Restoran Riverside dengan tujuan utama Pulau Kamaro.  Saya sempat berbincang dengan jurumudi kapal, Sani (55 tahun waktu itu) bagaimana menggunakan transportasi  biduk semasa dia kecil.

Menurut Sani, dulu penyeberangan dengan biduk dengan panjang panjang 12 meter didayung oleh 10 orang dan bila biduknya panjangnya lima meter maka pendayung lima orang.  

"Dulu penyeberangan dengan biduk membutuhkan waktu 10 menit. Namun pada perkembangan zaman ada perahu dengan motor tempel yang disebut perahu ketek, karena bunyinya ketek-ketek  yang mempersingkat waktu penyeberangan," ujar Sani yang mengaku sudah mengemudi kapal sejak umur 12 tahun.

Saya ingat cerita Ibu saya pernah tinggal di Palembang  sekitar 1962 selain dengan biduk, penyeberangan juga dilakukan dengan rakit dengan tempat berteduh terhadap terik matahari dan hujan kalau terjadi.

Tahun berapa persisnya? Ibu tidak ingat. Tetapi dia membenarkan jembatan baru dibangun. Hanya saja Ibu saya jarang berwisata.

Yang dia ingat hanya naik kapal kecil ke kawasan Plaju tempat kilang minyak untuk mengunjungi kawannya yang sekolah di Sekolah Asisten Apoteker Palembang (sebelum pindah ke Bandung setahun kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun