Terpesona aku melihat wajahnya/Tatkala aku duduk di dekatnya/Sebiduk seiring kali menyeb'rang/Berperahu ke seb'rang Sungai Musi.
Lagu "Sebiduk di Sungai Musi", direkam oleh penyanyi Alfian  pada 1964 cukup menggambarkan seperti apa mobilitas antara kawasan Ulu dan Ilir di Kota Palembang. Pada waktu lagu itu direkam Jembatan Ampera sedang dibangun pada 1962 dan baru diresmikan pada November 1965.Â
Saya dan rombongan TX Travel yang jumlahnya puluhan menggunakan angkutan kapal motor untuk menelusuri Sungai Musi  dan singgah di sejumlah obyek wisata pada 31 Januari hingga 1 Februari 2015.
Saya juga tidak membayangkan bahwa angkutan umum Palembang masih akan ditambah dengan kereta LRT yang melintasi Sungai Musi dari Bandara Sultan Badaruddin dengan Stadion Jaka Baring ketika berlangsung Asian Games 2018.
Kami berangkat dari sisi Ilir, dari dermaga Restoran Riverside dengan tujuan utama Pulau Kamaro.  Saya sempat berbincang dengan jurumudi kapal, Sani (55 tahun waktu itu) bagaimana menggunakan transportasi  biduk semasa dia kecil.
Menurut Sani, dulu penyeberangan dengan biduk dengan panjang panjang 12 meter didayung oleh 10 orang dan bila biduknya panjangnya lima meter maka pendayung lima orang. Â
"Dulu penyeberangan dengan biduk membutuhkan waktu 10 menit. Namun pada perkembangan zaman ada perahu dengan motor tempel yang disebut perahu ketek, karena bunyinya ketek-ketek  yang mempersingkat waktu penyeberangan," ujar Sani yang mengaku sudah mengemudi kapal sejak umur 12 tahun.
Saya ingat cerita Ibu saya pernah tinggal di Palembang  sekitar 1962 selain dengan biduk, penyeberangan juga dilakukan dengan rakit dengan tempat berteduh terhadap terik matahari dan hujan kalau terjadi.
Tahun berapa persisnya? Ibu tidak ingat. Tetapi dia membenarkan jembatan baru dibangun. Hanya saja Ibu saya jarang berwisata.
Yang dia ingat hanya naik kapal kecil ke kawasan Plaju tempat kilang minyak untuk mengunjungi kawannya yang sekolah di Sekolah Asisten Apoteker Palembang (sebelum pindah ke Bandung setahun kemudian.