Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Ekonomi Pesantren dan Etos Kerja Wirausahawan Santri

28 Oktober 2021   23:47 Diperbarui: 30 Oktober 2021   11:00 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sendiri pernah menemui dan wawancara dengan sejumlah mantan pedagang atau istrinya yang melanjutkan usaha sejak masa Hindia Belanda di Kota Malang pada Desember 1994 untuk suatu penelitian kecil.  

Usaha mereka bukan perajin batik seperti rekan-rekan mereka di Yogykarta dan Solo, tetapi lebih beragam mulai dari hotel, toko kelontong, toko kasur, perajin sepatu dan sebagainya. 

Sumber: jernih.co
Sumber: jernih.co

Mereka juga terlibat dalam kegiatan ormas Islam seperti Muhammadyah dan Nadathul Ulama sebagai aktivis.  Usaha mereka bertahan sejak 1910-an hingga setidaknya 1990-an. Hasil riset ini sudah saya tulis untuk Majalah Sinar 2 April 1994 dan di Kompasiana 

Etos Kerja Wirausahawan "Santri"

Pertanyaannya seperti etos kerja wirausahawan santri itu? Saya mewawancarai pegawai salah satu Yayasan Lembaga Islam di Jakarta Pusat Siti Rahmaniyah yang punya usaha kuliner masakan Jepang di rumahnya di kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan pada 27 Oktober 2021 ini.

Perempuan yang juga berprofesi sebagai pembaca saritilawah ini mempunyai latar belakang pendidikan di pesantren selama 6 tahun setelah lulus SD langsung sekolah (MTS & MA) Di Pondok Pesantren Daarul uluum Bogor dan pendidikan sarjana Fakultas Komunikasi dan Dakwah dari UIN Syarif Hidyatullah  dan Magister Dakwah dan Pemikiran Islam dari Universitas Islam Jakarta.

Menurut perempuan kelahiran 1983 ini, pesnatren tempatnya mengenyam ilmu memiliki  koperasi atau biasa disebut dengan "makshob" / kantin santri. Di kantin ini, secara tidak langsung para santri sudah diajarkannya bagaimana cara melakukan usaha.

"Yang menjadi penjaga kantin sekaligus koperasi itu sendiri adalah santri juga. Dalam keseharian ketika menjaga makhsob itu sudah diajarkan bagaimana menjadi seorang pedagang yang baik, pedagang yang  berakhlak, jujur, sopan dan ramah dan etos kerja," tutur Siti.

Lanjut dia, etos kerja santri sebagai pengusaha sudah dimiliki secara dasar. Terkait tentang hal usaha/perniagaan ini, Siti  merujuk pada QS. Annisa ayat 29. Ada banyak pemahaman makna dan kesimpulan dari makna ayat ini.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun