Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dayang Sumbi (1)

4 Juni 2020   17:24 Diperbarui: 4 Juni 2020   17:29 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kredit foto: https://www.qureta.com/post/dayang-sumbi-dan-intelektualitas-perempuan-sunda/pixabay

Di Preanger Satu, yang jadi pusat koloni bahkan kotanya didesain serupa Kota Bandung ketika perintis pergi.  Pusat pemerintahan "copy paste" Gedung Sate yang gambar aslinya ada di perpustakaan, juga ada wilayah alun-alun, masjid raya, pendopo, hingga bangunan di Jalan Braga, Jalan Dago, serta beberapa taman hiburan dan kota. 

Bedanya kami menghidupkan Lyceum yang pernah ada dalam sejarah Bandung di Dago yang diceritakan dibongkar, sebagai pusat pertunjukan seni. Preanger Satu juga punya bioskop yang pernah ada dalam sejarah Kota Bandung dan dinamakan sama, seperti Puspita, Nusantara, Dian, Panti Karya, Panti Budaya.  Film yang diputar pun ratusan film yang pernah diputar di Bumi yang sempat dibawa nenek moyang kami berangsur-angsur. Kami pernah membuat film sendiri sejak lima puluh tahun lalu di Titanium, tetapi tidak banyak. Kami juga punya seniman, termasuk musisi dan pelukis. Pertunjukan musik kerap digelar di Lyceum atau gedung teater yang ada di tiap koloni.  Kami juga punya televisi untuk mengetahui apa yang terjadi di koloni hingga hiburan.  Stasiun televisi kami ada di Preanger Satu.

Kami juga mempunyai kolam renang  yang dinamakan Cihampelas, Little Korea Chingu Cafe, Chinatown, hingga pasar terapung Lembang ada di Preanger Satu, Taman Babakan,  bahkan ada taman hutan kota yang luas.

Kami juga punya pasar di setiap kota koloni dan tempat penginapan untuk warga antar koloni yang berkunjung entah berlibur atau ada keperluan.  Setiap warga koloni yang sudah berumur 18 tahun sudah punya penghasilan dan diberikan alat tukar yang kalau di bumi disebut uang.  Di sini hanya ada kartu dengan saldo. 

Paling sedikit seluruh kebutuhan sandang dan pangan tercukupi. . Orang tua dipelihara hingga bisa berumur lebih dari seratus tahun, karena nyaris tidak ada polusi di sini. Kalau ada anak yang orangtuanya meninggal dipelihara hingga mereka bisa mandiri.  Mungkin itu sebabnya kami tak kenal dengan kata kriminal yang sudah jadi sejarah di Bumi.  Memang ada  perkelahian antar anak muda, yang bisa diselesaikan dengan baik.       

Kami hidup aman dan damai dengan membawa berbagai agama yang dibawa dari tempat asal kami. Di Preanger satu hingga tujuh ada semua tempat ibadah. Ada masjid, gereja, pura, vihara, kelenteng, bahkan tempat ibadah agama yang pengikutnya hanya puluhan orang sekalipun .

Bagi nenek moyang kami agama memberikan keseimbangan agar ilmu pengetahuan yang sudah kami miliki menjadi lebih arif untuk digunakan, sekaligus juga agar tatanan sosial tidak serampangan. Seluruh penghuni Preanger berasal tidak saja semua suku yang ada di negeri asal kami, Indonesia, tetapi juga ada dari negeri lain dengan ras berbeda. Jadi kami adalah masyarakat yang plural.

Antar kota koloni dihubungkan dengan kereta monoril yang  berdiri di tiang-tiang setinggi  sepuluh meter. Kami juga punya jalan raya dengan kendaraan jip dan motor capung  yang berjalan dengan roda di jalan terbuat  dari bahan yang ada di Titanium atau  bisa terbang setinggi lima meter juga digerakan dengan baterai matahari.

Kami datang dengan kendaraan ruang angkasa yang dinamakan Guru Minda. Entah mengapa dinamakan demikian. Transmigrasi dulu menggunakan tiga pesawat besar dan beberapa pesawat kecil. Tetapi saya tidak tahu persisnya berapa. Karena selain para pemukim perintis, terdapat penunjung susulan dan para pelarian entah bagaimana bisa menemukan jalan lubang cacing kemari. Mereka menggunakan Guru Minda yang terus dibuat. Itu berlangsung selama puluhan tahun waktu Titanium.

Namun sejak seratus tahun lalu (waktu Titanium) tidak ada lagi yang datang dari planet bumi. Yang terakhir membawa kabar bahwa peradapan manusia di Bumi mengalami keruntuhan, perang terus-menerus dan kerusakan lingkungan yang besar.  Umat manusia di Bumi dalam bahaya besar,  muncul para warlord dan peta dunia sudah berubah.

Rapat Dewan Preanger memutuskan untuk tidak mencari tahu. Karena bisa jadi pemukiman kami yang damai diketahui pihak yang tidak dikehendaki. Bisa-bisa perang menjalar ke tempat ini. Lagi pula kami sudah lelah berperang dengan penghuni planet kami yang gemar memangsa daging dan baru bisa dibinasakan dua tahun lalu, di kawasan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun