Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Angkot Bertahan atau Punah?

7 Agustus 2017   21:57 Diperbarui: 8 Agustus 2017   13:55 3279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi angkutan umum/Foto: kompas.

Kalau itu terjadi akan menarik. Yang saya bayangkan dan saya inginkan naik angkot dari Cinere ke kantor saya di kawasan Jakarta Pusat cukup dengan Rp3500. Wow! Asalkan aturan ditegakkan, kendaraan pribadi tidak boleh masuk jalur Bus Way semacet apa pun jalan umum, maka waktu tempuh bisa dikurangi dan biaya transport bisa ditekan.

Kalau memang seperti apa yang di benak saya, maka ojek online dan taksi online akan dapat kompetitor yang ketat. Mereka tidak lagi alternatif termurah.

Usia SIM Dinaikan Menjadi 21 Tahun

Lalu pemerintah tinggal persulit kepemilikan kendaraan pribadi, misalnya dengan menaikan usia SIM jadi umur 21 tahun. Supir angkot pun tidak akan mungkin lagi dibawa oleh supir yang usianya remaja apalagi "anak alay" ketika membawa Metromini bikin jantung berdebar dan menimbulkan masalah. Para "sopir alay" ini biasanya berkeliaran malam hari.

Tidak mungkin remaja "unyu-unyu" itu akan nembak. Karena usia 21 tahun dan 17 tahun mudah dibedakan. Anak SMA tidak akan naik sepeda motor-kecuali diantar orangtuanya. Manajemen angkot dibenahi dengan peremajaan hingga lebih nyaman. 

Bus sekolah ditambah dan diperbaiki manajemennya dan sistemnya, aman dan nyaman, hingga orangtua punya alternatif lain untuk tidak mengantarkan anaknya dengan mobil pribadi. Tawuran akan diminimalisir, kalau perlu bus sekolah ada penjaganya seorang aparat keamanan atau mantan.

Ditambah dengan kebijakan sekolah lima hari, maka praktis tidak ada waktu untuk "nongkrong" bagi anak sekolah. Mereka akan pulang ketika sekolah usai karena pasti lelah. Sayangnya kebijakan lima hari ini sulit untuk semua sekolah dan itu diskusi sendiri. Saya hanya berandai kalau itu berjalan "waktu iseng" anak sekolah terutama yang SMP dan SMA akan berkurang.

Nasib Sopir Angkot

Namun sopir-sopir yang saya tanya menyebutkan seperti halnya pemilik metromini merugikan mereka yang sedang melakukan peremajaan. Dengan kerjasama ini sopir memang digaji (yang besaran masih dikaji). Hingga sopir tidak perlu memikirkan setoran.

Sebagian senang karena mereka tidak perlu memaksakan mengejar penumpang hingga melanggar lalu lintas, memikirkan setoran, hingga tidak perlu lagi bayar timer, apalagi pungutan liar. Hanya saja Triawan sopir yang saya tanya merasa UMR DKI sekitar Rp 3,5 juta terlalu berat bagi yang berkeluarga. 

Sebagian sopir lain merasa "kebebasannya" terganggu. Mereka kurang suka bekerja seperti kantoran harus delapan jam. Kesempatan untuk jadi sopir tembak tertutup sudah. Sekalipun sopir yang "kebebasannya" terampas ini juga senang karena pungutan di jalan akan berkurang. Ada juga sopir yang mempertanyakan sampai usia mereka kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun