Yuyi kemudian bertemu Nanang Sumarna yang memakai tongkat dan juga seniornya. “Selamat datang di koloni!”
“Maaf membawa musuh!”
“Kami sudah menduga mereka akan datang juga!”
Ahmady kemudian membantu Alif berdiri, sementara tubuh Andro di bawah dengan kendaraan semut. Kemudian dia berbincang-bincang dengan Irwan Priyatna.
“Kerugian mereka besar dari hitungan militer, Lif. Hanya empat yang selamat dan empat yang luka bisa hidup. Puluhan tewas, termasuk para perwira. Bro, mereka semua mantan marinir, Navy Seal, Green Barets dan Delta Force AS, pasukan SAS Inggris serta Sherpa Nepal. Tetapi yang membuat aku bangga, kau juga bisa menembak walau ngawur!”
Zahra kemudian datang dengan kupu-kupunya bersama Lepidoptera. Mereka menghambur ke arah Alif. Rupanya kabar koloni disusupi menyebar.
Dia melirik ke tubuh Andro yang sudah terbujur kaku.
“Aku kehilangan kawan,” bisik Alif sambil menangis.
Zahra memeluknya. “Kami sudah biasa kehilangan. Kakanda juga tahu kan asalnya kami juga dari kehilangan.”
Ahmady melihat perempuan itu memeluk sahabatnya dengan takjub.
“Ahmady, ini istriku Zahra dan anakku Lepi!!”