Aku mengikutinya. Kontak senjata masih terjadi. Aku melihat Rahmi juga merunduk di antara dinding bangunan. Beberapa serdadu dan orang sipil tampak bergelimpangan di jalan. Di atas drone menembaki posisi pasukan Ahmady, tetapi seorang serdadu marinir menjatuhkannya.
“Maaf Bang, Kapten Edo gugur,” ujar aku terisak.
Letkol Ahmady memeluku. Kemudian menyuruhku mundur.
“Kau pergi menjauh. Mereka akan tembak siapa saja yang menghalangi mereka!”
Di kegelapan aku melihat seorang serdadu bule memberondong seorang serdadu marinir tetapi dia juga ditembak rubuh.
Pesan singkat Kang Nana: Mundur ke Tasikmalaya. Mereka akan bunuh wartawan di pihak kita.
Rahmi merangkul aku. “Kamu ingin bertemu Alif, kan? Ikut aku?”
“Aku nggak mengerti? Jadi kamu tahu selama ini Alif masih hidup!”
“Nggak juga, tapi jejaknya ada di Gedebage Bandung Technopolis.”
Rahmi membonceng aku mengendarai motor listrik Ciung Wanara. Kami melesat di jalan kelalui Jalan Naripan menuju Gedebage Bandung Technopolis.
Bandung Gedebage Tecnopolis, Pagi Hari