Aku hanya sendiri di kantor. Kawan-kawan sedang di lapangan semua. Setelah menulis soal penyambutan kepulangan tentara di Lanud Husein Sastranegara, aku memeriksa memory card dari handycam milik Gatot Koco puluhan tahun lalu.
Terlihat gambar di dalam kabin pesawat mulai dari kursi belakang hingga depan kelas ekonomi. Dia mencuri wajah masing-masing penumpang. Di bagian belakang aku melihat wajah seorang perempuan usianya dua puluh tahunan waktu itu.
“Ah ,ini kan Elin Halida, narasumber Alif dulu,” gumamku spontan.
Mataku semakin terbelalak melihat Eliza ada di pesawat. Dia duduk beberapa kursi dari Elin. Di deretan lain ada dosen dari Belanda Djikstra, serta Alif Muharam duduk dengan seorang pria.
“Benar ini Pandu Husin Pratama memang di sebelah Alif. Mereka sedang bicara apa?”
Pesawat mengudara. Rupanya rekaman masih berjalan. Walau kadang dimatikan. Kadang dihidupkan lagi. Iseng sekali Gatot Koco ini. Gambarnya agak buram karena terlalu lama. Kemudian aku melihat pramugari melayani minuman dan membagikan makanan. Selang lima menit kemudian, aku menghitung beberapa orang tertidur setelah minum, termasuk Alif dan Pandu. Sementara yang lain tidak. Rekaman tidak teratur, rupanya Gatot Koco juga tertidur hingga terbalik.
Tetapi aku sempat aku memperhatikan wajah Djikstra dibedaki oleh seorang anak perempuan. Dosen Belanda itu hanya tertawa. Namun setelah dibedaki dia tertidur. Delapan orang tertidur. Di mana Eliza? Mungkin tidak terekam. Tiba-tiba pesawat menukik dan aku mendengar suara mendarat dan gambar mati. Mungkin baterai habis.
Pertanyaannya: Apakah pesawat itu benar-benar jatuh? Tetapi di gambar tidak ada tanda-tanda penumpang panik atau air masuk atau ledakan. Jangan-jangan yang ditemukan Tim SAR kecuali Alif adalah yang tertidur, itu artinya?
Gila! Ada apa di benak Gatot Koco, informasi berharga ini dibuka kepada media atau pemerintah Indonesia?
****
Bangsal Psikiatri Rumah Sakit Hasan Sadikin, Malam Hari