“Kapten Edu, Hendri Sihombing ini pangkatnya masih kopral?”
“Nggak sudah naik jadi Sersan Dua. Dia berjasa di Patani,” ujar Edu.
Yang dipanggil Hendri Sihombing hanya tersenyum. Dia juga dipeluk rekannya yang jadi ajudannya Ahmady, Sersan Mayor Iqbal Prayogo.
“Pangkat gue masih lebih tinggi Dri,” candanya. Mereka satu angkatan sebetulnya. Tapi Iqbal melesat.
Aku tersenyum melihat kedatangan mereka. Sisa pasukan Indonesia masih bertahan di perbatasan Vietnam dan Thailand. Sekalipun pasukan Kaul sudah jauh berkurang, tetapi masih tetap menjadi ancaman bagi negara-negara ASEAN.
Namun yang aku tunggu ialah seorang pria usia tiga puluh tahunan. Rambutnya gondrong yang menumpang pesawat angkut militer. Seorang Indonesia yang punya usaha wisata dan tidak punya pilihan untuk pulang: Gatot Koco.
Aku mengupayakannya lewat jalur Ahmady agar dia langsung ke Bandung, karena menjadi kunci lain menemukan Alif. Dia membawa seorang putri berusia balita dengan wajah Thailand dan istrinya.
“Nanda? Mungkin ini bisa membantu,“ katanya. Dia hanya memberikan sebuah majalah wisata yang sudah menguning dan agak rapuh. Aku baca Plesir dengan cover para penyelam, edisi 2014. Aku membukanya, di dalamnya hanya ada sebuah memory card.
*****
Kantor Swara Priangan Gedebage