Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bandung Kota Kreatif, Pendidikan, Wisata dan Nyaris Menjadi Ibukota RI

1 Oktober 2016   16:20 Diperbarui: 1 Oktober 2016   22:24 1702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Repro Pikiran Rakjyat 23 September 1957 (repro Irvan Sjafari)

Masyarakat kolonial membangun kota pelesir di Bandung Utara. Masyarakat Pribumi pun terpengaruh dan menjadikan pusat kota Bandung, alun-alun, bukan sebagai tempat sakral-sebagaimana kota di Jawa pada umumnya-tetapi tempat bersenang-senang dan berbelanja [1].

Terbentuknya komunitas Bandung Vooruit sejak 1930-an didukung terbitan berkala Mooi Bandoeng memperkuat citra itu. Dari Bandung para penggemar pelesir dan wisatawan bisa mengakses berbagai destinasi wisata, seperti Tangkubanparahu, panorama Lembang, Situ Patenggang, Pengalengan, Ciwidey, hingga Garut. Bila Bandung dijuluki Paris van Java, maka Garut dijuluki Swiss van Java. Tetapi Bandung adalah tempat singgah utamanya. Bahkan sejak akhir abad 19.

Achmad Bagoes Poerwono Wiryomartono juga mengungkapkan pandangan Bandung tidak lahir dari kekuatan lokal pribumi. Dalam bukunya. [2] alumnus arsitektur ITB ini mengemukakan bahwa sejarah kota Bandung berangkat dari pengukuhan kekuasaan kolonial dimulai dari Marschaal Herman William Dandels mempertautkan jalan yang kini dikenal sebagai Asia Afrika (Groete Post pada masa itu) sebagai bagian dari Jalan Raya Anyer-Panarukan pada 1811.

Daendels memberikan instruksi kepada bupati Bandung yang tadinya tinggal di kawasan Cikapundung Kolot untuk membangun pusatnya di sekitar Groete Post itu. Masjid dan kediaman bupati didirikan di kawasan alun-alun sekarang. Namun perkembangan Bandung mulai terjadi awal abad ke 20 menjadi pemukiman Eropa dan orang Asia lainnya. 

Promosi pemukiman untuk komunitas Eropa melalui majalah maupun plakat-plakat. Pusat pemukiman pribumi sendiri awalnya hanya di Ujungbereung, kemudian ke selatan Jalan Asia Afrika hingga Dayeuh Kolot. Fasilitas pendidikan pun kemudian dibangun di antaranya Technische Hogerschool Bandung. Sejumlah taman dibangun untuk kenyamanan orang-orang Eropa.

Bandung adalah kota yang paling banyak penduduk populasi orang Eropanya dibanding kota-kota lain di Hindia Belanda, bahkan Batavia dari segi presentase. Pada 1956 saja , sebelas tahun sesudah Indonesia merdeka Bandung memiliki 737.276 penduduk Indonesia, 15.229 penduduk Eropa dan 83.650 penduduk Tionghoa.Situasi politik saja karena masalah Irian Barat yang menyebabkan orang Belanda akhirnya hengkang dari kota Bandung.


Pendeknya kegiatan pelesir dan pariwisata merupakan faktor pertama membuat Bandung menjadi eksis.

Wacana Ibukota

Tidak mengherankan pada masa kolonial Bandung pernah diwacanakan menjadi ibukota semacam Washington DC di Amerika Serikat dan Batavia menjadi New York atau kota perdagangan dan bisnis. Wacana ini muncul lagi menajdi headline Pikiran Rakyat edisi 23 September 1957 bahwa blue print Bandung sebagai ibukota sudah ada. Blue print itu berisi peta, gambar gedung-gedung pemerintahan sejak 6 tahun lalu tersimpan di Bagian Plannologi dari kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga di Jakarta. Di antara kutipannya:

Ir. Lien Khe Lien, Kepala Jawatan dari Teknik B dari kotapraja Bandung jang dulu bersama2 dengan Wali Kota almarhoem R.H. Enoeh, Prof. Ir. Thijsse (bekas guru besar Fakultas Teknik), Senosastro, Kusma dll menjusun nota tsb, menerangkan bahwa sepandjang pengetahuanja diantara kota2 jang sekarang menjediakan diri untuk mendjadi ibukota Negara tidak ada jang mempunjai bahan2 planologi selengkap seperti Bandung.

Menurut surat kabar itu blue print itu sudah ada di laci Ir. Soekarno. Pemerintah sudah membentuk panitia negara untuk mempelajari nota Bandung itu. Panitia itu diangkat oleh besluit Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga pada awal 1950-an dijabat Ir. Ukar Bratakusumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun