Laporan dari UNESCO memperingatkan bahwa lebih dari 40 persen bahasa di dunia terancam punah akibat kurangnya transmisi antargenerasi, termasuk dalam bentuk tulisan dan media.
Ini menjadi tantangan besar bagi kita semua. Bagaimanapun, penerbitan majalah tentu membutuhkan keuntungan finansial. Ketika peminatnya semakin sedikit, wajar jika majalah berbahasa daerah sulit bertahan.
Padahal, Panjebar Semangat bukan sekadar bacaan. Ada semangat nguri-nguri budaya yang terkandung di dalamnya, upaya mempertahankan bahasa daerah sebagai bagian dari identitas kita.
Namun, yang saya soroti bukan hanya keberlanjutan Panjebar Semangat, melainkan bagaimana pemerintah seharusnya mengambil peran lebih besar dalam pelestarian bahasa daerah dengan metode serupa.
Mengapa pemerintah? Karena hanya pemerintah yang memiliki sumber daya untuk menjaga eksistensi bahasa daerah. Perusahaan swasta tentu akan berpikir soal keuntungan. Lantas, dari mana mereka mendapat keuntungan jika menerbitkan majalah berbahasa daerah yang peminatnya minim?
Pemerintah berbeda. Sebagai pemegang tanggung jawab atas kepentingan bangsa dan negara, dengan dukungan finansial dari pajak, mereka memiliki posisi strategis dalam upaya pelestarian bahasa daerah.
Maksud saya, pemerintah harus meneladani semangat Panjebar Semangat yang tetap bertahan hingga saat ini dan akan segera memasuki usia satu abad dalam delapan tahun ke depan.
Panjebar Semangat bak pemain solo yang terus berjuang menjaga bahasa daerah di tengah derasnya arus zaman. Andai saja pemerintah mendistribusikan buku-buku atau majalah berbahasa daerah ke sekolah-sekolah, tentu ini akan menjadi langkah nyata dalam menjaga keberlangsungan bahasa daerah.
Sekolah, dengan berbagai program yang bisa dijalankan, memiliki potensi besar dalam pelestarian bahasa daerah. Jika komunikasi dalam bahasa daerah di sekolah mulai sulit diwujudkan, maka setidaknya bahan bacaan berbahasa daerah bisa menjadi alternatif.
Bagi masyarakat Jawa, Panjebar Semangat adalah pilihan tepat untuk tetap terampil berbahasa Jawa. Namun, harapan saya tidak berhenti di situ.
Saya ingin setiap daerah memiliki majalah serupa, yang menyajikan rubrik menarik dalam bahasa daerah masing-masing. Jika ini terasa berat sebagai tanggung jawab individu atau kelompok, maka pemerintah daerah seharusnya mengambil peran.