Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik Kompasiana Awards 2024 | Juara Favorit Blog Competition Badan Bank Tanah 2025 | Salah Satu Pemenang Terpilih Lomba Menulis KPB “Siswa Nakal Dikirim ke Barak Militer” 2025

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Panjebar Semangat dan Inspirasi Menjaga Bahasa Daerah

15 Februari 2025   10:31 Diperbarui: 16 Februari 2025   20:38 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Majalah ini tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga sarana edukasi yang memperkaya kosakata dan pemahaman pembacanya terhadap bahasa Jawa.

Media Pelestari Bahasa Daerah

Percaya atau tidak, generasi muda kita saat ini mengalami penurunan kemampuan dalam berbahasa daerah. Fenomena ini bukan sekadar kekhawatiran pribadi, melainkan realitas yang telah dikaji dalam berbagai penelitian. 

Laporan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2022 menunjukkan bahwa dari 718 bahasa daerah yang teridentifikasi di Indonesia, sekitar 11 bahasa telah punah. Tidak perlu jauh-jauh, anak-anak saya sendiri mengalami hal yang sama. 

Dahulu, saat masih bersekolah, berbahasa daerah adalah sesuatu yang lumrah. Di sekolah maupun di lingkungan sekitar, kami terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari. Namun, hal itu tidak lagi terjadi di masa anak-anak saya bersekolah. 

Salah satu faktor utama penurunan penggunaan bahasa daerah adalah dominasi bahasa Indonesia dalam komunikasi formal dan nonformal, termasuk di lingkungan keluarga. 

Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dwibahasa cenderung lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah, terutama ketika akses terhadap media berbahasa daerah semakin terbatas.

Jujur, jauh di lubuk hati, saya merasa khawatir. Saya dan istri, yang lahir dari keluarga Jawa meskipun besar di Lampung, masih cukup fasih berkomunikasi dalam bahasa Jawa halus maupun bahasa Jawa sehari-hari. 

Dulu, kefasihan kami tidak hanya terbentuk dari lingkungan yang juga aktif berbahasa Jawa, tetapi juga dari bacaan. Salah satu yang memiliki andil besar dalam menjaga keterampilan berbahasa saya adalah Panjebar Semangat.

Di masa itu, tanpa kehadiran ponsel pintar dan media sosial seperti sekarang, Panjebar Semangat menjadi teman setia yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkaya kemampuan saya dalam berbahasa Jawa. 

Media cetak berbahasa daerah seperti ini memainkan peran strategis dalam menjaga kelangsungan bahasa daerah. Sayangnya, tantangan zaman sekarang jauh lebih besar. Majalah, terutama yang berbahasa daerah, kian tersisih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun