Majalah ini tidak hanya menjadi sumber informasi, tetapi juga sarana edukasi yang memperkaya kosakata dan pemahaman pembacanya terhadap bahasa Jawa.
Media Pelestari Bahasa Daerah
Percaya atau tidak, generasi muda kita saat ini mengalami penurunan kemampuan dalam berbahasa daerah. Fenomena ini bukan sekadar kekhawatiran pribadi, melainkan realitas yang telah dikaji dalam berbagai penelitian.
Laporan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2022 menunjukkan bahwa dari 718 bahasa daerah yang teridentifikasi di Indonesia, sekitar 11 bahasa telah punah. Tidak perlu jauh-jauh, anak-anak saya sendiri mengalami hal yang sama.
Dahulu, saat masih bersekolah, berbahasa daerah adalah sesuatu yang lumrah. Di sekolah maupun di lingkungan sekitar, kami terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari. Namun, hal itu tidak lagi terjadi di masa anak-anak saya bersekolah.
Salah satu faktor utama penurunan penggunaan bahasa daerah adalah dominasi bahasa Indonesia dalam komunikasi formal dan nonformal, termasuk di lingkungan keluarga.
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dwibahasa cenderung lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah, terutama ketika akses terhadap media berbahasa daerah semakin terbatas.
Jujur, jauh di lubuk hati, saya merasa khawatir. Saya dan istri, yang lahir dari keluarga Jawa meskipun besar di Lampung, masih cukup fasih berkomunikasi dalam bahasa Jawa halus maupun bahasa Jawa sehari-hari.
Dulu, kefasihan kami tidak hanya terbentuk dari lingkungan yang juga aktif berbahasa Jawa, tetapi juga dari bacaan. Salah satu yang memiliki andil besar dalam menjaga keterampilan berbahasa saya adalah Panjebar Semangat.
Di masa itu, tanpa kehadiran ponsel pintar dan media sosial seperti sekarang, Panjebar Semangat menjadi teman setia yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkaya kemampuan saya dalam berbahasa Jawa.
Media cetak berbahasa daerah seperti ini memainkan peran strategis dalam menjaga kelangsungan bahasa daerah. Sayangnya, tantangan zaman sekarang jauh lebih besar. Majalah, terutama yang berbahasa daerah, kian tersisih.