Sejarah- Cagar Budaya CondetÂ
Condet berada di salah satu daerah di Kecamatan Kramat Jati yang terdiri dari 3 kelurahan, yaitu Batuampar, Balekambang dan Kampung Gedung. Condet berasal dari nama sebuah anak sungai Ci Liwung, yaitu Ci Ondet. Selain itu, terdapat juga cerita yang beredar di masyarakat bahwa kata Condet berasal dari nama seseorang yang memiliki kesaktian dan memiliki bekas luka diwajahnya (codet), orang sakti tersebut sering muncul di Batu Ampar, Balekambang dan Pejaten. Ada lagi yang mengatakan bahwa orang yang memiliki kesaktian tersebut adalah Pangeran Geger atau Ki Tua.
Kawasan cagar buah Condet sebagai wisata agro terpadu antara kebun buah-buahan danbudaya Betawi sudah dicanangkan sejak tahun 1975, tetapi hingga sekarang belumterealisasi. Kendala yang dihadapi adalah penduduk di kawasan semakin banyak danmembangun rumah dengan latar belakang yang berbeda-beda. Sampai saat ini kawasanCondet masih ingin dipertahankan, tetapi belum atau tidak mendapatkan perhatian darikalangan pemodal swasta atau sektor privat, karena motivasi provit tidak terlihat,sehingga dapat mengurangi makna terpadunya. Kenyataan pula bahwa sektor privat
Ada beberapa peninggalan purbakala yang usianya diperkirakan berasal dari periode 1500-1000 SM, yang berhasil ditemukan berupa Kapak, Gurdi dan Pahat dari batu. Ini menandakan bahwa kawasan Condet sudah terbangun sejak ratusan tahun yang lalu. Sebagai salah satu perkampungan tua di Jakarta, wilayah Condet memiliki keunikan. Berbeda dengan kawasan kota tua Jakarta lainnya, di Condet sejak tahun 1980an semakin sulit menemukan bangunan-bangunan tempo dulu.
Condet kaya akan budaya betawi yang tersebar dipelosok kawasannya. Kawasan Condet pada dasarnya merupakan pusat budaya betawi, bahkan menjadi tempat asal mula sejarah betawi, mengingat banyak aset-aset budaya betawi masih terpelihara dengan baik, seperti alat musik tanjidor, terompet dan alat musik betawi lainnya
Pada tahun 1974, Condet sempat dijadikan pusat cagar budaya Betawi oleh Gubernur DKI Jakarta Bpk. Ali Sadikin, namun pada tahun 2004 cagar budaya Betawi dipindahkan ke Situ Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dahulu Condet ini menjadi sentral buah duku dan salak, yang dikenal dengan Duku Condet dan Salak Condet. Hal tersebut dikarenakan dahulu kawasan ini penuh hamparan pohon salak dan duku. Kini menjelajahi kawasan Condet sudah jauh berubah tidak lagi hamparan pohon duku dan tanaman salak condet yang terkenal enak serta manis, namun sekarang kawasan condet penuh dengan bangunan-bangunan mewah baik pertokoan, perumahan dan pemukiman penduduk yang kian memadati kawasan Condet
Pada tahun 1976 Tujuan kegiatan pengembangan potensi kawasan cagar alam sebagai kawasan wisata agro, dalam agenda 21 DKI Jakarta adalah
1) merealisasi kawasan cagar buah-buahan Condet sebagai kawasan wisata agro terpadu;
 (2) meningkatkan partisipasi masyarakat d alam usaha konservasi kawasan cagar buah-buahan Condet;Â
(3) mengembangkan caracara pendanaan yang inovatif dan berkelanjutan bagi pengelolaan kawasan wisata agro Condet.Â
Startegi - Cagar budaya Condet
Dalam menyusun startegi pembangunan cagar budaya Condet menghasilkan "dilema pembangunan" yang dimana kasus ini terlibat dalam proyek cagar budaya Condet pada zaman Sadikin (1996-1977) sampai tahun 1970.
Secara sosiologis condet pada masa ity sebagai daerah pedesaan, meskipun secara administrasi berada dibawah pemerintahan DKi jakarta. Tahun 1972, dibawah program pemerintahan masyarakat desa, pemerintahan DKI jakarta melaksanakan pembangunan jalan raya untuk Condet. Proyek ini dilanjutkan dengan pembangunan jalan raya aspal setapak yang bercabang dari jalan raya diatas kelancaran pemasaran hasil pertanian,khusunya buah-buahan .
Apa yg terjadi dicondet, suatu kontradiksi antara harapan dan kenyataan, antara perubahan yang direncanakan dengan perubahan yang sesungguhnya terjadi. Sarana yang dibangun dicondet sebenarnya adalah untuk memberi kemudahan akses penduduk asli Condet ke kota dengan tetap mempertahankan kehidupan aslinya, akan tetapi fasilitas tersebut dimanfaatkan oleh orang kota yang sudah sampek dengan kondisi kota untuk mencari hidup nyaman didesa.
Mata Pencaharian Penduduk
Berdasarkan data statistik tahun 2002, dapat diidentifikasi bahwa mata pencaharian penduduk di kawasan Condet yang paling banyak bekerja di bidang jasa (47,83 %), sedangkan buruh dan pedagang kecil, menempati terbanyak kedua. Selanjutnya mata pencaharian pegawai negeri sipil (PNS) dan ABRI dengan persentase masing-masing 8,419% dan 2,74 %, sedangkan pengusaha/ swasta sebesar 6,19 %. Penduduk yang mempunyai pekerjaan pokok petani hanya 11 orang atau 0,02 %, sedangkan pada jenis mata pencaharian seperti buruh, pedagang dan pensiunan usaha bertani hanya merupakan pekerjaan sampingan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI