Mohon tunggu...
Juna Hemadevi
Juna Hemadevi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Seorang manusia yang masih terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Berpikir Albert Einstein (Bagian 1)

19 Januari 2023   20:00 Diperbarui: 19 Januari 2023   20:02 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Albert Einstein, seorang ilmuwan hebat di abad ke-20 lahir pada 14 Maret 1879 di Ulm, Wurttemberg, Jerman. Kota tersebut terletak di kaki pegunungan Swabian Alpen. Ayahnya, Hermann Einstein adalah seorang penjual keranjang burung dan pekerja elektronika. Sedangkan ibunya, Pauline merupakan wanita keturunan Yahudi.

Einstein dikenal sebagai pribadi yang pemalu dan suka menyendiri. Kemampuan berbicaranya pun terbilang lambat daripada anak-anak seusianya. Ia juga sering melempar barang-barang di rumahnya apabila sedang marah.

Pendidikan dan Karir Einstein  

Tahun 1889, di usianya yang ke-10 tahun, Einstein masuk di sekolah dasar di Munich. Di sekolah ia gemar membaca berbagai buku tentang alam dan sains. Apabila ada pelajaran bahasa dan menggambar, ia memilih untuk bolos. Kebiasaannya berlanjut hingga bangku sekolah menengah pertama (SMP) bahkan sekolah menengah atas (SMA) yang menyebabkannya tidak lulus dan hanya memperoleh keterangan pernah belajar di SMP dan SMA.

Kemudian tahun 1895, Einstein gagal diterima di pendidikan tinggi bernama Federal Institute of Technology di zurich Swiss dengan alasan usianya masih terlalu muda. Setelah usianya cukup, ia kembali mendaftar di perguruan tinggi tersebut. Ia juga pernah ditolak untuk bekerja sebagai asisten dosen.

Setelah lulus dari perguruan tinggi, ia bekerja sebagai pengajar matematika di Technical High School di Winterthur. Di sela-sela kesibukannya sebagai pengajar, ia tetap melakukan riset pribadi serta menulis.

Banyak teori ilmu pengetahuan yang ditemukan berdasarkan riset yang dilakukan oleh Albert Einstein, di antaranya: teori gerak Brown, teori medan terpadu, persamaan massa-energi, persamaan medan-Einstein, statistika Bose-Einstein, efek foto elektrik, dan teori relativitas umum-khusus.

Berbagai teori ilmu pengetahuan yang ditemukannya membuat kita setidaknya harus memiliki cara berpikir yang sama seperti Albert Einstein.

Cara berpikir Albert Einstein

A. Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar

Sepertinya kita bosan mendengar kalimat "memiliki rasa ingin tahu yang besar" dan lebih terbiasa menggunakan kata "kepo". Justru menjadi orang yang kepo itu bagus karena ingin tahu segalanya. Namun, kekepoan ini juga harus difilter. Kepolah dengan hal yang baik, kepolah dengan sesuatu yang bermanfaat untuk banyak orang, bukan kepo dengan hal-hal buruk di sekitar.

Bermula dari rasa ingin tahu membuat kita menjadi lebih bersemangat untuk mencari tahunya lebih lanjut. Layaknya kita ingin tahu cara bangkit setelah gagal dalam bisnis, maka kita akan belajar dan selalu berusaha untuk mengolah bisnis dengan baik, bukan malah langsung pindah haluan dan tidak ingin berbisnis kembali.

B. Memecahkan Masalah

Saat Einstein datang ke sebuah acara di Prussian Academy, ia hadir mengenakan pakaian biasa tanpa menempelkan medali Pour le Merit seperti tamu lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak menginginkan medali sebagai tujuan akhirnya. Einstein hanya ingin memecahkan masalah melalui riset yang dilakukannya.

Begitu juga dengan kita, kadang masalah dalam hidup tidak berani dipecahkan. Berbagai masalah yang hadir hanya diterima dan dibiarkan begitu saja tanpa ada titik penyelesaiannya. Mulai sekarang, cobalah kita terapkan cara berpikir ilmuwan hebat di abad ke-20 ini. Masalah yang ada coba untuk diterima, dihadapi, dan dicari jalan keluarnya supaya kita tidak stres sendirian.

C. Eksperimen Berpikir

Einstein berkata, "if you can't explain it simply, you don't understand it well enough". Saat kita belum bisa menjelaskan sesuatu dengan mudah, itu berarti kita belum memahaminya dengan baik. Agar kita dapat menjelaskan sesuatu dengan mudah tanpa berbelit-belit, maka diperlukan eksperimen berpikir.

Eksperimen berpikir diperlukan agar kita dapat menumbuhkan suatu ide dari apa yang kita pikirkan. Misalnya hari ini akan berangkat ke kantor dan presensi masuk maksimal pukul 08.00. Supaya tepat pukul 08.00 sampai di kantor, maksimal pukul 7.30 sudah jalan supaya tidak terlambat. Dari sini kita dapat menjabarkan dalam pikiran bahwa harus bangun pukul 06.00 untuk olahraga dan mandi. Kemudian pukul 06.45 menyiapkan sarapan dan bekal. Pukul 07.20 mengecek perlengkapan yang akan dibawa ke kantor. Tepat pukul 07.30 kita sudah berjalan kaki atau naik kendaraan umum ke kantor.

Hanya saja eksperimen berpikir supaya tidak datang terlambat di kantor bisa saja berhasil dan tidak. Hal ini dikarenakan ada banyak situasi dan kondisi dalam perjalanan yang tidak dapat diterka. Oleh karena itu, dibutuhkan eksperimen berpikir selanjutnya supaya dapat menentukan waktu yang lebih tepat untuk berangkat ke kantor.

Melakukan eksperimen berpikir dapat membantu kita untuk memunculkan ide-ide baru supaya bisa melakukan segala sesuatu dengan tepat dan efisien.

Sekian dulu 3 cara berpikir Albert Einstein. Nantikan berbagai cara berpikir ala Einstein di artikel berikutnya.

Artikel ini ditulis berdasarkan buku berjudul "Berpikir ala Einstein & Bertindak ala Gandhi: Menjadi Manusia Genius sejak Dalam Pikiran dan Sederhana dalam Kehidupan" karya J. Ferdinand Setia Budi. Buku ini diterbitkan oleh DIVA Press pada Februari 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun