Mohon tunggu...
Jumino windhandini
Jumino windhandini Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang ingin selalu tersenyum hingga saatnya tiba

Seorang yang ingjn selalu tersenyum

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pilkades Dalam Bingkai Pesta Calon, Gapit dan Dukun

20 Oktober 2018   17:53 Diperbarui: 20 Oktober 2018   17:59 2749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh salah satu tahapan Pilkades saat ini yaitu tahapan pengundian nomor urut calon

Praktek dukun juga merambah sampai ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Pada saat malam hari sebelum TPS digunakan, dukun atau orang suruhanya mengelilingi TPS dan menabur seperti beras kuning, garam, kacang hijau dan berbagai uborampe lain disekitar tempat pencoblosan maupun di jalan jalan menuju TPS. Para calon menggunakan jasa dukun untuk memperlancar pemenangan dalam kontestasi Pilkades. Praktek supranatural  lainya adalah dengan mengunjungi kyai-kyai atau ahli hikmah untuk meminta wafak, jimat dan yang sejenisnya dengan tujuan memenangkan kontestasi pilkades.

Epilog

Mengibaratkan bahwa uraian singkat diatas adalah sebuah prolog yang menguraiakan sedikit gambaran tentang pilkades sebagai sebuah instrumen demokrasi ditingkat desa dengan bermacam dinamika proses maupun aktor didalamya. Maka epilognya adalah bahwa apapun usaha yang dilakukan dalam proses pilkades baik itu oleh calon, gapit maupun dukun semoga tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka untuk menghadirkan bagi warganya seorang dengan sosok kepemimpinan yang  inovatif-progresif bukan konservatif-involutif apalagi regresif.

Kepemimpinan yang inovatif progresif dicirikan dengan lebih melibatkan partisipasi masyarakat desa, berpegang teguh pada prinsip tranparansi, menjamin kebebasan berpendapat serta perlakuan yang sama pada semua rakyatnya, tidak intimidasi, mengedepankan akuntabilitas kerja, visioner dan berusaha mengembangkan kapasitas teknokratik pada masyarakatnya.

Kepemimpinan yang konservatif involutif dicirikan dengan kerja pemerintahan desa yang normatif serta prosedural, bekerja apa adanya, hanya melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi saja, ketiadaan akan inovasi. Hanya melibatkan keluarga, kerabat atau warga warga yang mudah dikendalikan olehnya, transparansi terbatas, peserta musyawarah diseleksi agar mudah dikendalikan. Beragan informasi dan aset dikuasai olehnya dan pengikutnya saja serta antipati terhadap masyarakat yang kritis.

Kepemimpinan yang regresif dicirikan dengan anti terhadap prinsip demokrasi, partisipasi dan akuntabilitas. Kecenderungan yang besar kepada pemanfaatan sumberdaya untuk kepentingan pribadi.

(Refrensi : Dari berbagai sumber)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun