Praktek dukun juga merambah sampai ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Pada saat malam hari sebelum TPS digunakan, dukun atau orang suruhanya mengelilingi TPS dan menabur seperti beras kuning, garam, kacang hijau dan berbagai uborampe lain disekitar tempat pencoblosan maupun di jalan jalan menuju TPS. Para calon menggunakan jasa dukun untuk memperlancar pemenangan dalam kontestasi Pilkades. Praktek supranatural  lainya adalah dengan mengunjungi kyai-kyai atau ahli hikmah untuk meminta wafak, jimat dan yang sejenisnya dengan tujuan memenangkan kontestasi pilkades.
Epilog
Mengibaratkan bahwa uraian singkat diatas adalah sebuah prolog yang menguraiakan sedikit gambaran tentang pilkades sebagai sebuah instrumen demokrasi ditingkat desa dengan bermacam dinamika proses maupun aktor didalamya. Maka epilognya adalah bahwa apapun usaha yang dilakukan dalam proses pilkades baik itu oleh calon, gapit maupun dukun semoga tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka untuk menghadirkan bagi warganya seorang dengan sosok kepemimpinan yang  inovatif-progresif bukan konservatif-involutif apalagi regresif.
Kepemimpinan yang inovatif progresif dicirikan dengan lebih melibatkan partisipasi masyarakat desa, berpegang teguh pada prinsip tranparansi, menjamin kebebasan berpendapat serta perlakuan yang sama pada semua rakyatnya, tidak intimidasi, mengedepankan akuntabilitas kerja, visioner dan berusaha mengembangkan kapasitas teknokratik pada masyarakatnya.
Kepemimpinan yang konservatif involutif dicirikan dengan kerja pemerintahan desa yang normatif serta prosedural, bekerja apa adanya, hanya melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi saja, ketiadaan akan inovasi. Hanya melibatkan keluarga, kerabat atau warga warga yang mudah dikendalikan olehnya, transparansi terbatas, peserta musyawarah diseleksi agar mudah dikendalikan. Beragan informasi dan aset dikuasai olehnya dan pengikutnya saja serta antipati terhadap masyarakat yang kritis.
Kepemimpinan yang regresif dicirikan dengan anti terhadap prinsip demokrasi, partisipasi dan akuntabilitas. Kecenderungan yang besar kepada pemanfaatan sumberdaya untuk kepentingan pribadi.
(Refrensi : Dari berbagai sumber)