(8)
Hari-hari terakhir menjelang deadline pengumpulan proposal Lomba Bisnis Muda Sidoarjo diisi dengan ketegangan dan kesibukan yang luar biasa. Setiap detik terasa berharga, apalagi dengan situasi yang semakin rumit karena masing-masing anggota tim memiliki agenda penting yang tidak bisa dihindari.
Ragil, si jenius matematika kami, harus mengikuti tes masuk ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Ini adalah momen penting baginya, karena ITS adalah kampus impiannya sejak lama. Meskipun begitu, Ragil tetap berusaha membagi waktu untuk membantu menyelesaikan proposal.
"Arman, aku harus berangkat sekarang. Tesnya mulai jam sembilan pagi," kata Ragil sambil memakai jaketnya. "Tapi tenang, aku sudah selesaikan bagian analisis keuangan dan proyeksi bisnis. Kalian tinggal review aja."
Aku mengangguk, mencoba memahami situasi yang dihadapi Ragil. "Semangat, Gil. Pasti kamu bisa masuk ITS. Kita tunggu kabar baiknya."
Ragil tersenyum kecil. "Terima kasih, Arman. Aku akan coba cepat selesai dan langsung balik ke kafe."
Sementara itu, Rendra juga sedang menghadapi ujian penting. Dia mengikuti tes masuk TNI, sebuah impian yang sudah dia persiapkan sejak lama. Rendra selalu bercerita tentang keinginannya untuk menjadi tentara dan membela negara. Meskipun begitu, dia tetap berusaha membantu tim kami sebisa mungkin.
"Arman, aku juga harus berangkat sekarang. Tes fisiknya mulai jam delapan pagi," kata Rendra sambil memakai sepatu olahraganya. "Tapi jangan khawatir, aku sudah siapin materi presentasi dan desain grafisnya. Kalian tinggal sesuaikan aja sama data terbaru."
Aku tersenyum, mencoba memberikan semangat pada Rendra. "Semangat, Ren. Pasti kamu bisa lolos tes TNI. Kita tunggu kabar baiknya juga."
Rendra mengangguk dengan penuh keyakinan. "Terima kasih, Arman. Aku akan coba cepat selesai dan langsung balik ke kafe."