Sesampainya di perpustakaan, kami langsung menuju bagian referensi bisnis dan ekonomi. Ragil dan Rendra sudah menunggu di sana, dengan setumpuk buku dan laptop yang sudah terbuka.
"Armannn, Niken! Akhirnya datang juga," sapa Rendra sambil melambai.
"Maaf, kita agak terlambat. Tadi harus pastiin kafe bersih dulu," jawabku sambil duduk di sebelah Ragil.
"Gak apa-apa. Kita baru aja mulai nyari referensi," kata Ragil sambil menunjuk ke buku-buku di depannya. "Ada beberapa buku bagus tentang strategi pemasaran dan manajemen bisnis kecil. Mungkin bisa kita pakai buat proposal."
"Bagus sekali," sahut Niken. "Aku juga bawa beberapa ide dari artikel online yang aku baca kemarin. Kita bisa gabungkan semuanya."
Kami pun mulai bekerja, membagi tugas sesuai keahlian masing-masing. Ragil fokus pada analisis data dan proyeksi keuangan, sementara Rendra dan Niken mengerjakan desain presentasi dan materi promosi. Aku sendiri bertugas merangkum semua ide dan menyusunnya menjadi proposal yang koheren.
Setelah beberapa jam bekerja, kami memutuskan untuk istirahat sejenak. Kami pun keluar dari perpustakaan dan duduk di taman kecil di depannya, menikmati udara sore yang segar.
"Gimana, Arman? Udah dapet banyak referensi?" tanya Rendra sambil mengunyah sepotong kue yang dia beli dari kantin perpustakaan.
"Lumayan. Aku nemu beberapa konsep menarik tentang customer engagement dan sustainability. Itu bisa kita pakai buat memperkuat proposal kita," jawabku.
Niken mengangguk. "Aku juga nemu beberapa studi kasus tentang bisnis kafe yang sukses. Mungkin kita bisa ambil beberapa poin penting dari sana."
Ragil yang selama ini diam tiba-tiba ikut bicara. "Kita juga harus perhatikan bagian financial planning. Juri pasti akan lihat itu dengan detail. Jadi, kita harus pastiin angka-angkanya akurat dan realistis."