Mohon tunggu...
Julia Sintawati
Julia Sintawati Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kisah Jagung Pakan yang Mahal dan Pejabat yang Ogah Mengakuinya

17 Oktober 2018   10:09 Diperbarui: 17 Oktober 2018   10:12 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peternak makin kesal. Senin kemarin, rombongan peternak menyerbu Kantor Pemkab Blitar, menuntut perhatian atas harga telur yang anjlok, sedang di sisi lain mereka harus pontang-panting rebutan stok jagung untuk pakan ternaknya.

Mereka putus asa. Tak ada kepastian jelas di mana mereka dapat memperoleh stok jagung dengan harga murah. Kini jagung pakan di pasar mencapai kisaran Rp5.000/Kg. Mereka meminta agar harga dapat stabil di kisaran Rp3.000-Rp4.000/Kg.

"Kalau ini dibiarkan, dalam dua minggu para peternak akan rontok. Soalnya harga pakan mahal, telur murah," pungkas Sukarman, Ketua Paguyuban Peternakan Rakyat Nasional Blitar, usai di mediasi pemerintah.

Seandainya jagung pakan tersedia melimpah ruah, tak bakal peternak kecil terjebak dalam keterpaksaan untuk bersaing dengan peternak besar demi jagung, dengan harga selangit pula. Padahal, peternak Blitar membutuhkan pakan sebanyak 1.000-1.500 ton per hari. Jumlah ayam petelur di daeah itu mencapai 15,17 juta ekor dengan produksi sebanyak 151.931 ton telur.

Sukarman juga menyayangkan gembar-gembor ekspor jagung di saat peternak dalam negeri mengeluhkan minimnya pasokan jagung pakan. Asal tahu saja, peternak di Blitar mulai menyiasatinya dengan menggunakan nasi aking sebagai pengganti jagung.

Namun tentu saja nasi aking bakal mempengaruhi kandungan gizi pakan, sehingga berpotensi besar mempengaruhi produktivitas ayam. Jika pakan berbahan gandum saja mempengaruhi kualitas telur, bagaimana lagi dengan nasi aking?

Pernyataan lain datang dari Sekretaris Jenderal Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Atung dalam wawancara dengan DetikFinance. Menurutnya, dalam sehari para peternak harus merugi Rp3 juta lantaran harga telur terus merosot.

"Kalau itu kan hukum ekonomi, kalau barang nggak ada mahal, jagung mahal, langka susah. Ini baru santer 1-2 minggu ini naik harganya. Ini jagung tinggi banget dari awal dan berpengaruh. Sekarang harganya sudah di luar nalar kita, jagung sekarang Rp5.400/kg. Biasanya Rp4.500-Rp 4.600/kg," papar dia.

Lantas bagaimana penyelesaiannya? Entahlah. Tampaknya kementerian dan lembaga terkait masih tenang-tenang saja menyikapinya. Mereka lebih gemar menyombongkan ekspor ketimbang menerima kenyataan bahwa ketersediaan jagung pakan betulan langka.

Aksi protes para peternak itu adalah bukti nyata bahwa jika terjadi kekacauan di hilir, maka periksalah sebab musababnya hingga ke hulu. Ragukanlah pernyataan pejabat terkait, sebab mana ada kegagalan dan masalah yang sudi diakui?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun