Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah inisiatif besar dengan niat mulia yaitu memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk tumbuh kembang optimal.Â
Anggaran yang dialokasikan sungguh fantastis, mencerminkan komitmen serius negara. Namun, di tengah pelaksanaan yang masif ini, kita terus dihantui oleh satu masalah yang sama dan berulang: keracunan massal.
Kejadian ini bukan lagi sekali dua kali, melainkan terjadi di banyak daerah, dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari puluhan hingga ratusan siswa dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit dengan gejala mual, muntah, dan pusing setelah menyantap menu yang seharusnya menyehatkan.
Fenomena ini menciptakan ironi yang mendalam. Di satu sisi, negara mengucurkan dana triliunan untuk mengatasi masalah gizi; di sisi lain, sebagian dari dana tersebut kini terpakai untuk menanggulangi dampak keracunan yang seharusnya bisa dicegah.
Kita perlu jujur dan tegas. Masalah keracunan MBG ini adalah bukan masalah gizi, melainkan masalah manajemen, pengawasan, dan higienitas. Jika keracunan terus berulang, ini menunjukkan ada lubang besar dalam sistem pelaksanaan di lapangan.
Sampai kapan anggaran negara akan terus dikuras untuk menutupi biaya pengobatan korban, biaya laboratorium, biaya rapat evaluasi mendadak, hingga biaya pembentukan tim investigasi ad-hoc? Dana ini seharusnya murni untuk pembelian bahan baku berkualitas dan pendistribusian gizi.
Setiap kasus keracunan yang muncul selalu diikuti dengan reaksi yang sama: Tim turun, sampel diuji, dan hasilnya seringkali mengarah pada kontaminasi bakteri seperti E. coli atau Bacillus cereus. Penyebabnya klise: makanan dimasak terlalu pagi, disimpan terlalu lama, atau proses penjamahan yang jorok.
Reaksi berlebihan terhadap keracunan ini juga berpotensi menciptakan pemborosan anggaran baru. Misalnya, pembentukan satuan tugas (satgas) khusus dengan biaya operasional yang besar, padahal fungsi pengawasan sejatinya sudah ada di Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) setempat.
Mengapa Isu Keracunan MBG Menghabiskan Anggaran yang Tidak Perlu?
Ada mekanisme alami yang terjadi setiap kali kasus keracunan MBG mencuat.Â
Pertama, ada biaya darurat kesehatan. Ratusan anak dilarikan ke fasilitas kesehatan, yang berarti ada klaim biaya pengobatan, obat-obatan, dan peningkatan beban kerja Puskesmas/RS. Meskipun mungkin ditanggung pemerintah daerah, ini tetaplah anggaran negara yang bergeser dari pos lain.