Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjadi Bapak Rumah Tangga: Meneladani Rasulullah, Mengurus Keluarga Tak Tunggu Pensiun

9 Oktober 2025   05:26 Diperbarui: 9 Oktober 2025   06:30 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Seorang bapak sedang memasak di dapur. | Image by Unsplash/Yunus Tu

Implementasi Lapangan: Membagi Peran Sejak Hari Pertama

Sejak awal pernikahan, kami berusaha keras untuk menerapkan prinsip ini. Walaupun awalnya mungkin terasa canggung atau hanya bisa memberikan kontribusi yang kecil, yang penting adalah kemauan untuk selalu berusaha bersama-sama.

Kami memandang semua pekerjaan rumah adalah pekerjaan bersama. Tidak ada label "pekerjaan suami" atau "pekerjaan istri". Pekerjaan di dapur, di kamar mandi, atau di ruang tamu, semuanya adalah pekerjaan keluarga.

Ketika istri saya memasak, saya sering berada di sebelahnya, membantu memotong bahan atau mencuci piring kotor. Ketika ia kelelahan, saya mengambil alih tugas mencuci pakaian, dari merendam hingga menjemur.

Pekerjaan membersihkan rumah juga menjadi rutinitas kami bersama. Saya tidak menunggu istri meminta. Jika melihat lantai kotor, saya mengambil sapu. Jika melihat kamar mandi perlu dibersihkan, saya segera mengerjakannya.

Kami menemukan bahwa ketika pekerjaan rumah dibagi, beban fisik dan mental yang diemban oleh istri menjadi jauh lebih ringan. Ini secara langsung berdampak pada keharmonisan dan kualitas interaksi kami.

Banyak yang beranggapan bahwa pekerjaan ini merendahkan martabat suami. Saya justru melihatnya sebaliknya. Menjadi bapak rumah tangga yang aktif adalah tanda kematangan, kepemimpinan yang berempati, dan kekuatan karakter.

Melihat seorang suami terlibat dalam pekerjaan domestik adalah pelajaran hidup yang paling baik bagi anak-anak kami. Mereka melihat model peran yang tidak terperangkap dalam stereotip gender yang kaku.

Anak laki-laki kami belajar bahwa membantu ibu bukan hal yang memalukan, melainkan tanggung jawab. Jikapun kami dianugrahi anak perempuan kami melihat bahwa seorang istri berhak mendapat dukungan penuh dari suaminya.

Setelah 24 tahun, kebiasaan ini sudah mendarah daging. Hal-hal kecil seperti menyiapkan sarapan bersama atau merapikan tempat tidur secara bergantian sudah menjadi otomatis, bukan lagi sebuah "bantuan."

Inilah makna partner sejati. Suami bukan hanya pemimpin yang memberi perintah, tetapi pemimpin yang melayani dan bekerja keras bersama-sama dengan pasangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun