Setiap kali mereka berhasil membaca satu ayat dengan benar, senyum kebahagiaan akan terpancar dari wajah mereka. Senyum itu tulus, tidak dibuat-buat. Senyum itu adalah hadiah terbesar bagi saya sebagai seorang Caregiver.Â
Saya merasa, meskipun saya tidak bisa menyembuhkan penglihatan mereka, saya bisa menjadi bagian dari proses untuk "menerangi" hati mereka.
Memori yang Tak Lekang oleh Waktu
Waktu berjalan begitu cepat. Bulan-bulan bimbingan di Wyata Guna itu terasa seperti sekejap mata. Tiba saatnya saya harus mengakhiri masa bimbingan, karena kesibukan kuliah yang semakin padat.Â
Saya berpamitan dengan berat hati. Air mata tidak bisa saya tahan saat saya memeluk satu per satu dari mereka.
Mereka memberikan saya sebuah kenang-kenangan sederhana, sebuah gantungan kunci yang mereka buat sendiri. Itu adalah hadiah yang paling berharga yang pernah saya terima.Â
Mereka tidak hanya memberikan gantungan kunci, tetapi juga sebuah pelajaran hidup yang tidak akan pernah saya lupakan.
Pengalaman menjadi Caregiver di Wyata Guna bukan hanya tentang mengajarkan Al-Qur'an. Ini tentang bagaimana saya belajar melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.Â
Saya belajar bahwa kekuatan tidak datang dari kesempurnaan fisik, tetapi dari keteguhan hati dan semangat untuk terus belajar. Saya belajar bahwa rasa syukur adalah kunci kebahagiaan.
Hingga kini, kenangan itu masih sangat membekas di hati saya. Suara-suara mereka saat melafalkan ayat, sentuhan jemari mereka yang lembut saat meraba huruf Braille, dan senyum tulus mereka, semua itu masih terngiang jelas.Â
Pengalaman ini membentuk karakter saya, membuat saya menjadi pribadi yang lebih sabar, lebih peduli, dan lebih menghargai setiap anugerah dalam hidup.