Hari Sabtu, 13 September 2025, kami sekeluarga, saya, istri, dan anak, sedang dalam perjalanan rutin mengunjungi kampung halaman istri di Garut.Â
Perjalanan kali ini terasa berbeda, mungkin karena suasana hati yang sedang santai.Â
Kami berhenti di sebuah warung kopi kecil di daerah Kadungora untuk istirahat sejenak dan mencari minuman hangat.
Saat masuk ke warung, mata saya langsung tertuju pada sebuah toples besar di atas meja. Isinya bukan kerupuk atau permen, melainkan sesuatu yang sangat saya kenal.Â
Warnanya coklat tua, permukaannya tidak rata, dan ada butiran-butiran kacang yang menyebar di dalamnya. Tanpa ragu, saya tahu itu adalah Noga Kacang.Â
Jantung saya berdegup kencang, seolah-olah menemukan harta karun yang sudah lama hilang.
Saya dekati toples itu dan memegangnya. Rasanya seperti menyentuh kenangan.Â
Saya tanyakan kepada pemilik warung, "Ini Noga Kacang, ya, Pak?" Pemilik warung tersenyum dan mengangguk.Â
Dia bilang jajanan ini memang jarang ada, tapi kebetulan hari itu ada kiriman dari Tasikmalaya.
Membeli Kenangan, Bukan Sekadar Jajanan
Tanpa pikir panjang, saya langsung memutuskan untuk membelinya.Â