Proses pembangunan itu adalah "One in a Million Moment" lain bagi saya. Setiap bata yang terpasang, setiap genteng yang menutupi atap, adalah bukti nyata dari mimpi yang menjadi kenyataan.
Melihat rumah itu berdiri, saya teringat kembali pada masa kecil. Saya teringat bagaimana orang tua saya selalu bermimpi memiliki rumah yang layak.Â
Kini, saya, anak desa itu, bisa membangun rumah untuk keluarga saya sendiri. Semua ini tidak mungkin terjadi tanpa doa-doa mereka yang tak pernah putus. Saya yakin, mereka melihat dari tempat yang berbeda, dan tersenyum bangga.
Kini, saya tinggal di desa, tempat saya berasal. Saya memiliki keluarga yang saya cintai dan rumah yang nyaman. Saya tidak menjadi orang kaya raya atau terkenal, tapi saya merasa sangat berkecukupan.Â
Saya memiliki ketenangan batin yang tak ternilai harganya. Kebahagiaan saya bukan lagi tentang pencapaian materi, melainkan tentang rasa syukur atas setiap anugerah yang Allah berikan.
Kesimpulan
Jadi, apa arti sebenarnya dari "One in a Million Moment" bagi saya? Itu bukanlah kebetulan yang luar biasa, melainkan hasil dari proses hidup yang dipenuhi oleh doa tulus, kerja keras, dan ketekunan.Â
Perjalanan hidup saya, dari anak petani desa hingga memiliki keluarga dan tempat tinggal sendiri, adalah bukti nyata bahwa doa orang tua adalah kekuatan tak terbatas yang mampu mengubah nasib. Setiap momen, setiap langkah, adalah "One in a Million Moment" karena semuanya terasa ajaib dan tak terduga.Â
Ini adalah kisah tentang seorang anak desa yang bukan berasal dari siapa-siapa, namun berkat restu dan doa orang tua, ia bisa menjadi seseorang yang bisa membangun hidupnya sendiri dengan penuh makna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI