Mereka membayangkan seorang khalifah yang tinggal di istana mewah, dikelilingi pengawal, dan menikmati berbagai hidangan lezat. Namun, yang mereka temui justru sangat berbeda.Â
Utusan itu menemukan Umar bin Khattab sedang beribadah di tengah malam, menangis, dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Di pagi hari, ketika dijamu, Umar hanya menyuguhkan roti dan garam.Â
Utusan itu terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa Amirul Mukminin hanya makan roti dengan garam, sementara walikota mereka di Azerbaijan hidup makmur.
Kisah ini menunjukkan bagaimana Umar bin Khattab menolak hidup dalam kemewahan. Beliau tidak ingin ada jarak antara dirinya dan rakyat yang dipimpinnya. Bahkan ketika utusan dari Azerbaijan menawarkan gula-gula khusus, beliau menolaknya dengan tegas.Â
"Barang ini haram masuk ke dalam perutku, kecuali jika kaum Muslimin memakannya juga," katanya. Ia marah dan meminta agar gula-gula itu dibagi-bagikan kepada fakir miskin.Â
Sikap ini adalah pukulan telak bagi para pemimpin yang kini hidup nyaman, menganggap jabatan sebagai kesempatan untuk memperkaya diri, dan tidak peduli dengan penderitaan rakyat.Â
Umar bin Khattab mengajarkan bahwa pemimpin harus merasakan apa yang dirasakan rakyatnya. Ia tidak ingin menikmati keistimewaan yang tidak bisa dinikmati oleh orang lain.
Sikap sederhana Umar bin Khattab juga terlihat saat ia tidur di bawah pohon kurma, tanpa pengawal, dan tanpa fasilitas mewah.Â
Ketika seorang Yahudi dari Mesir datang untuk mengadu, ia menemukan Umar dengan penampilan yang sangat sederhana, jauh berbeda dari bayangannya tentang seorang pemimpin besar.Â
Ia terkejut dan gemetar. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan sejati tidak diukur dari seberapa mewah istanamu atau seberapa banyak harta yang kamu miliki, melainkan dari seberapa besar hati dan integritasmu dalam melayani orang lain.Â
Para pemimpin Indonesia saat ini perlu mencontoh hal ini. Mereka perlu kembali ke jalan kesederhanaan, merasakan penderitaan rakyat, dan tidak lagi memamerkan kekayaan yang membuat jurang antara mereka dan rakyat semakin lebar.