Generasi Z, atau Gen Z, seringkali dicap sebagai generasi yang berbeda. Mereka lahir dan tumbuh di era digital, di mana informasi dan teknologi bisa diakses hanya dengan sentuhan jari. Lingkungan ini membentuk cara pandang mereka terhadap banyak hal, termasuk pekerjaan.Â
Bagi mereka, konsep kerja dari jam 9 pagi sampai 5 sore, di satu kantor yang sama sampai pensiun, sudah terasa ketinggalan zaman. Gen Z mencari lebih dari sekadar gaji bulanan. Mereka mencari arti, fleksibilitas, dan ruang untuk berkembang.
Stabilitas yang dulu dipegang teguh oleh orang tua mereka kini terasa rapuh. Mereka melihat berita tentang PHK massal, resesi ekonomi, dan pekerjaan yang digantikan oleh kecerdasan buatan. Memiliki satu sumber penghasilan saja terasa sangat berisiko.Â
Mereka sadar bahwa mereka harus punya "jaring pengaman" finansial dan juga butuh wadah untuk mengeksplorasi bakat di luar pekerjaan utama mereka. Di sinilah side hustle atau pekerjaan sampingan menjadi pilihan yang logis.
Side hustle bagi Gen Z bukan sekadar untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Ini adalah cara untuk membangun kemandirian finansial dan profesional. Mereka bisa menjadi freelancer, berdagang online, atau bahkan menjadi content creator.Â
Mereka punya kendali penuh atas pekerjaan ini. Mereka bisa mengatur kapan, di mana, dan dengan siapa mereka bekerja. Kebebasan ini adalah hal yang sangat mereka hargai. Ini memberikan mereka rasa kepemilikan dan kendali atas hidup mereka sendiri.
Fleksibilitas ini juga memberi mereka kesempatan untuk mengejar passion. Banyak Gen Z yang merasa bahwa pekerjaan utama mereka tidak sepenuhnya mewakili diri mereka. Side hustle menjadi tempat yang aman untuk menyalurkan hobi yang bisa menghasilkan uang.Â
Misalnya, seorang engineer yang suka fotografi bisa menawarkan jasa foto di akhir pekan. Seorang mahasiswa yang gemar merangkai bunga bisa membuka toko bunga online. Ini bukan hanya soal uang, tapi juga tentang kepuasan batin dan menyalurkan kreativitas.
Fenomena ini juga didorong oleh kesadaran bahwa mereka bisa menciptakan "takdir finansial" mereka sendiri. Mereka tidak lagi menunggu kenaikan gaji tahunan atau bonus dari perusahaan. Mereka mengambil inisiatif untuk menciptakan arus kas tambahan.Â
Ini adalah bentuk pemberdayaan diri yang kuat, di mana mereka tidak lagi bergantung pada sistem yang ada, tetapi menciptakan sistem mereka sendiri. Ini adalah pergeseran pola pikir yang mendasar dari generasi sebelumnya.
Mengukir Takdir Finansial: Filosofi di Balik Side Hustle