Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gotong Royong Membangun Pos Ronda, Cara Desa Mengajarkan Arti Pentingnya Saling Memiliki

31 Agustus 2025   11:12 Diperbarui: 31 Agustus 2025   11:12 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga kp. Cicadas, Margaasih, Cicalengka, Kab. Bandung gotong royong membangun pos ronda. Foto diambil Sabtu (9/8/2025). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Beberapa hari ini, berita di televisi dan media sosial dipenuhi dengan keramaian di ibu kota dan di beberapa daerah lainnya di Indonesia. 

Gelombang massa dan mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung DPR, menyampaikan protes dan aspirasi mereka. Situasi terasa tegang, penuh dengan kekhawatiran dan ketidakpastian. 

Di tengah hiruk-pikuk itu, saya teringat suasana di kampung halaman saya, sebuah desa kecil bernama Cicadas di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Di sana, tidak ada demo atau kerusuhan. Yang ada justru kehangatan dan kebersamaan yang nyata, terlihat jelas dari sebuah proyek kecil namun sangat berarti yakni membangun pos ronda.

Proyek ini bermula dari kesadaran bersama warga. Kondisi pos ronda lama sudah lapuk dimakan usia. Atapnya bocor, tiangnya keropos, dan lantainya sudah rusak. 

Warga merasa sudah saatnya pos ronda baru dibangun, tidak hanya untuk menjaga keamanan, tetapi juga untuk menyatukan kembali kebersamaan yang mungkin sedikit longgar. 

Malam itu, di sebuah pertemuan kecil, ide ini disambut dengan antusias. Semua sepakat, pos ronda baru harus segera didirikan.

Menyatukan Langkah, Membangun Komitmen

Hari yang ditentukan pun tiba. Pagi-pagi sekali, puluhan warga sudah berkumpul di lahan dekat jalan ukuran sekitar 5x4 meter, tempat pos ronda baru akan didirikan. 

Ada Pak RT yang sibuk memimpin, Pak RW yang mengawasi, dan para pemuda yang siap dengan cangkul dan linggis. Tidak ada yang datang dengan tangan kosong. 

Beberapa membawa palu, gergaji, atau paku dari rumah. Ada yang membawa beberapa lembar seng/asbes, karung semen, atau potongan kayu, bambu. Semua diberikan dengan sukarela, tanpa paksaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun