Ahad, 20 Juli 2025, menjadi hari yang tidak akan terlupakan bagi banyak orang. Sekitar pukul 12.00 WITA, sebuah insiden mengerikan terjadi di perairan antara Manado dan Talaud. Kapal Motor (KM) Barcelona 5, yang tengah dalam pelayarannya, tiba-tiba dilalap si jago merah.Â
Kobaran api yang cepat membesar menciptakan kepanikan massal di antara para penumpang. Asap hitam membumbung tinggi ke angkasa, menjadi saksi bisu dari drama yang sedang berlangsung. Para kru kapal berjuang keras memadamkan api, namun situasinya dengan cepat menjadi tidak terkendali.
Suara sirine darurat meraung-raung, bercampur dengan teriakan dan tangisan. Penumpang bergegas mencari pelampung, sebagian lainnya sudah nekat melompat ke laut yang bergelora. Kepanikan adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan suasana saat itu.Â
Orang-orang saling dorong, mencoba menyelamatkan diri dan orang-orang terkasih mereka. Pemandangan itu bagaikan adegan dalam film horor, namun ini adalah kenyataan pahit yang harus dihadapi oleh ratusan jiwa di atas kapal tersebut. Ombak yang cukup tinggi semakin mempersulit keadaan, menambah tantangan bagi mereka yang terpaksa terjun ke laut.
Di tengah kekacauan itu, seorang warga bernama Abdul Rahman Agu tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri. Ia melakukan sesuatu yang luar biasa, sebuah tindakan yang kemudian terekam dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.Â
Melalui siaran langsung di media sosialnya, Abdul Rahman Agu membagikan momen-momen menegangkan tersebut, bukan untuk mencari sensasi, melainkan untuk memperlihatkan realitas pahit yang sedang terjadi. Ia ingin dunia tahu, bahwa di tengah musibah, masih ada secercah harapan dan kemanusiaan.
Videonya bukan hanya sekadar rekaman. Itu adalah saksi bisu dari keberanian, empati, dan tekad untuk membantu sesama. Setiap detiknya merekam perjuangan, keputusasaan, dan pada akhirnya, kebaikan hati.Â
Siaran langsung tersebut menjadi jendela bagi ribuan mata yang menatap cemas dari kejauhan, berdoa agar semua penumpang selamat. Abdul Rahman Agu tidak hanya menjadi penyampai informasi, tetapi juga pahlawan tanpa tanda jasa yang beraksi langsung di garis depan.
Momen Kritis di Tengah Lautan
Di tengah kepulan asap dan puing-puing yang berserakan di laut, Abdul Rahman Agu melihat sebuah pemandangan yang menyayat hati. Seorang ibu muda, dengan wajah pucat pasi dan tatapan kosong, tampak berjuang mati-matian.Â
Ia menggendong anaknya yang masih kecil, berusaha mempertahankan diri agar tidak tenggelam. Keduanya terapung-apung di tengah lautan luas, terbawa arus, dan terlihat sudah mencapai batas kekuatan. Sang ibu sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk terus berenang. Tubuhnya terlihat letih, dan ia hanya bisa pasrah.