Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kota Ideal dan Realitas Pekerja: Perspektif Baru Terhadap Pekerja Informal Drainase

17 Juli 2025   11:10 Diperbarui: 17 Juli 2025   11:10 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekerja saluran drainase di Jalan Cisaranten Kulon, Arcamanik Kota Bandung sedang mengeruk lumpur dan sampah, Kamis (17/7/2025). | Dok. Pribadi/Jujun 

Banyak dari kita membayangkan kota yang ideal. Sebuah tempat di mana semuanya berjalan lancar, bersih, modern, dan nyaman untuk ditinggali. Gedung-gedung tinggi, jalanan yang mulus, dan fasilitas publik yang lengkap seringkali menjadi gambaran utamanya. Kita ingin kota bebas macet, bebas banjir, dan udaranya bersih. Impian tentang kota ideal ini terus mendorong pembangunan dan perbaikan di berbagai sektor.

Namun, di balik citra kota yang berkilau ini, ada sebuah realitas yang seringkali terlupakan. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan agar sebuah kota bisa berfungsi dengan baik. Salah satunya adalah menjaga sistem drainase kota tetap lancar. Tanpa drainase yang baik, kota akan mudah terendam banjir saat hujan deras, menciptakan kekacauan dan masalah kesehatan. Pekerjaan ini mungkin tidak terlihat glamor, bahkan seringkali dianggap remeh.

Yang menjalankan tugas penting ini adalah para pekerja drainase, dan di banyak kota, sebagian besar dari mereka adalah pekerja informal. Mereka tidak punya kontrak kerja tetap, tidak ada jaminan kesehatan atau pensiun yang jelas. Mereka bekerja harian, dengan upah yang seringkali pas-pasan. Mereka adalah bagian tak terpisahkan dari kota, namun seringkali terpinggirkan dari gambaran kota ideal yang kita impikan. Ini saatnya kita melihat mereka dengan perspektif baru.

Siapa Mereka dan Apa Pekerjaan Mereka?

Pekerja informal drainase adalah orang-orang yang membersihkan saluran air, selokan, got, dan gorong-gorong di kota. Mereka bekerja di bawah terik matahari atau bahkan di tengah hujan. Tugas mereka sangat penting: memastikan air hujan bisa mengalir lancar, sampah tidak menyumbat, dan genangan air tidak terjadi. Tanpa mereka, kota akan sering banjir dan kumuh.

Bayangkan saja, saat hujan deras, sampah-sampah yang kita buang sembarangan, lumpur, dan dedaunan akan mengalir dan menyumbat saluran air. Kalau tidak ada yang membersihkan, air akan meluap ke jalanan, masuk ke rumah, dan mengganggu aktivitas kita. Para pekerja inilah yang masuk ke saluran-saluran sempit, mengangkat sampah-sampah kotor, dan memastikan aliran air kembali lancar.

Pekerjaan ini bukan hanya kotor, tapi juga berbahaya. Mereka berhadapan langsung dengan sampah, lumpur, dan air kotor yang penuh bakteri. Risiko penyakit sangat tinggi. Terkadang, mereka juga harus bekerja di tempat yang gelap dan sempit, dengan risiko terjebak atau terluka. Namun, demi upah harian, mereka tetap menjalankan tugas ini.

Status mereka sebagai pekerja informal kontrak berarti mereka tidak punya ikatan kerja yang kuat dengan instansi atau pemerintah kota. Mereka biasanya direkrut untuk proyek jangka pendek atau harian. Ini membuat posisi mereka sangat rentan. Tidak ada jaminan pekerjaan yang stabil, tidak ada tunjangan, dan tidak ada perlindungan hukum yang memadai. Saat tidak ada proyek, mereka tidak punya penghasilan.

Padahal, pekerjaan mereka itu berkelanjutan dan dibutuhkan setiap hari. Sampah dan lumpur tidak pernah berhenti menumpuk. Jadi, seharusnya pekerjaan mereka juga diakui sebagai bagian integral dari sistem pemeliharaan kota, bukan hanya pekerjaan musiman atau sampingan. Ini adalah realitas yang perlu kita pahami agar bisa memberikan perspektif baru yang lebih adil.

Mereka adalah bagian dari roda penggerak kota yang tidak terlihat. Keringat dan tenaga mereka memastikan kita bisa berkendara di jalan yang tidak tergenang dan tinggal di lingkungan yang lebih sehat. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang menjaga kebersihan dan kelancaran sistem vital kota.

Tantangan dan Kebutuhan Mereka

Hidup sebagai pekerja informal drainase penuh dengan tantangan. Pertama, adalah masalah penghasilan yang tidak stabil. Karena status kontrak harian atau proyek, mereka tidak punya penghasilan tetap setiap bulan. Jika ada banjir besar, mungkin mereka akan kebanjiran pekerjaan, tapi di hari-hari biasa, pekerjaan bisa jadi sangat jarang. Ini membuat mereka sulit merencanakan keuangan, apalagi menabung untuk masa depan.

Kemudian, ada masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Seperti yang sudah disebutkan, mereka bekerja di lingkungan yang sangat kotor dan berbahaya. Paparan limbah, bakteri, dan risiko kecelakaan sangat tinggi. Namun, mereka seringkali tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) yang memadai, seperti sarung tangan, sepatu bot, atau masker. Bahkan jika ada, kualitasnya mungkin tidak standar. Ditambah lagi, mereka jarang sekali memiliki asuransi kesehatan atau jaminan sosial. Jika sakit atau cedera saat bekerja, biaya pengobatan harus ditanggung sendiri.

Tantangan lain adalah pengakuan dan martabat. Pekerjaan mereka seringkali dipandang rendah oleh masyarakat. Ada stigma bahwa pekerjaan ini adalah untuk orang-orang yang tidak punya pilihan lain. Padahal, tanpa mereka, kota akan lumpuh. Kurangnya pengakuan ini bisa menurunkan semangat mereka dan membuat mereka merasa tidak dihargai. Mereka melakukan pekerjaan yang esensial, namun jarang sekali mendapatkan pujian atau apresiasi publik.

Selain itu, akses terhadap pelatihan dan pengembangan diri juga sangat minim. Mereka belajar dari pengalaman di lapangan, tapi jarang mendapatkan pelatihan resmi tentang teknik pembersihan yang lebih aman atau efisien. Jika ada kesempatan untuk meningkatkan keterampilan, ini bisa membuka peluang kerja yang lebih baik di masa depan, bahkan mungkin bisa masuk ke sektor formal.

Penting juga untuk membahas kondisi kerja yang tidak standar. Jam kerja yang tidak teratur, tidak adanya istirahat yang layak, atau fasilitas dasar seperti air bersih untuk membersihkan diri setelah bekerja, seringkali tidak tersedia. Mereka bekerja di bawah kondisi yang jauh dari ideal, namun terus berjuang demi keluarga mereka.

Semua tantangan ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk mengubah cara pandang kita terhadap mereka. Mereka bukan sekadar "tukang got," melainkan bagian vital dari infrastruktur kota. Memberi perspektif baru berarti mulai memikirkan bagaimana kota dapat memastikan mereka bekerja dengan aman, sehat, dan bermartabat.

Membangun Kota Ideal yang Inklusif: Perspektif Baru

Membangun kota ideal tidak hanya tentang infrastruktur fisik yang megah, tapi juga tentang bagaimana kota itu merawat warganya, termasuk mereka yang berada di lini terdepan pekerjaan kotor. Perspektif baru kita harus mencakup kesadaran bahwa kesejahteraan pekerja informal drainase adalah bagian tak terpisahkan dari kesejahteraan kota secara keseluruhan.

Pertama, pemerintah kota atau pihak terkait perlu memikirkan ulang status kontrak mereka. Mengubah mereka dari pekerja harian atau proyek menjadi pekerja dengan kontrak yang lebih jelas dan stabil bisa memberikan jaminan penghasilan dan keamanan kerja. Bahkan jika tidak bisa langsung menjadi pegawai tetap, setidaknya ada sistem kontrak yang memberikan hak-hak dasar, seperti jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja.

Kedua, penyediaan alat pelindung diri (APD) yang layak dan pelatihan keselamatan kerja harus menjadi prioritas. Investasi pada APD berkualitas tinggi dan pelatihan rutin tentang prosedur keselamatan dapat mengurangi risiko penyakit dan cedera secara signifikan. Ini adalah investasi kecil dibandingkan dampak besar yang bisa ditimbulkan jika mereka sakit atau celaka.

Ketiga, pengakuan dan apresiasi publik sangat penting. Masyarakat perlu diajak untuk lebih menghargai pekerjaan mereka. Kampanye kesadaran, penghargaan, atau bahkan hanya ucapan terima kasih sederhana bisa mengangkat martabat mereka. Mengubah stigma negatif menjadi apresiasi positif adalah bagian dari perspektif baru ini. Kita perlu melihat mereka sebagai pahlawan lingkungan.

Keempat, menciptakan peluang pengembangan diri. Pelatihan keterampilan dasar, literasi keuangan, atau bahkan program pendidikan kesetaraan bisa membantu mereka meningkatkan kualitas hidup. Memberi mereka pengetahuan dan keterampilan tambahan berarti memberi mereka lebih banyak pilihan di masa depan.

Pemerintah daerah, perusahaan swasta yang terkait dengan pengelolaan drainase, organisasi masyarakat, dan bahkan setiap individu, punya peran dalam mewujudkan perspektif baru ini. Kita bisa mulai dengan memastikan sampah kita tidak menyumbat saluran air, mengurangi pembuangan sampah sembarangan, dan mendukung inisiatif yang memberdayakan para pekerja ini.

Membangun kota ideal yang berkelanjutan dan berkeadilan berarti memastikan tidak ada satu pun warga, terutama mereka yang berkeringat demi kota, yang tertinggal atau terlupakan. Ini adalah perspektif baru yang akan membuat kota kita tidak hanya indah di permukaan, tapi juga kuat dan berhati dari dasarnya.

Kesimpulan

Pada akhirnya, citra kota ideal kita akan terasa hampa jika realitas para pekerja informal drainase masih jauh dari layak. Dengan menerapkan perspektif baru, kita bisa mulai mengakui nilai penting mereka, memahami tantangan yang mereka hadapi, dan bekerja sama untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. 

Mengubah status kontrak, menyediakan perlindungan, meningkatkan pengakuan, dan memberikan kesempatan pengembangan diri adalah langkah-langkah nyata yang bisa kita ambil. Hanya dengan memastikan kesejahteraan mereka yang menjaga kota kita tetap mengalir, kita benar-benar dapat menyebut kota kita sebagai "ideal."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun