Dari pesangon yang didapatnya, Sarnawi memiliki sedikit modal. Dia kemudian menawarkan bantuan tambahan modal kepada temannya. Tawaran ini disambut baik. Artinya, kini Sarnawi dan temannya sudah mengikat kerja sama. Ini bukan hanya hubungan atasan dan bawahan, melainkan kemitraan.
Sekarang, Sarnawi bukan lagi hanya seorang operator di lapak penggilingan daging itu. Dia juga menjadi pemilik saham atau modal di tempat usaha temannya. Statusnya berubah, dari sekadar karyawan menjadi mitra usaha.Â
Ini menunjukkan akal kreatif Sarnawi. Dia tidak pasrah dengan keadaan, tetapi mencari cara untuk memanfaatkan aset yang dimilikiny yaitu pesangon untuk membangun kembali kehidupannya. Langkah ini menunjukkan keberanian dan visi ke depan.
Keputusan Sarnawi untuk menginvestasikan pesangonnya ke dalam usaha temannya adalah sebuah langkah berani. Banyak orang mungkin akan memilih untuk menyimpan uang pesangonnya atau menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang mendesak.Â
Namun, Sarnawi melihatnya sebagai modal awal untuk bangkit dan membangun sesuatu yang lebih besar. Ini adalah contoh nyata bagaimana seseorang dapat mengubah kesulitan menjadi peluang, jika punya kemauan dan akal.
Dari obrolan pagi ini, terlihat jelas semangat Sarnawi. Dia tidak mengeluh tentang PHK yang menimpanya. Sebaliknya, dia berbicara dengan antusias tentang usahanya yang sekarang.Â
Dia menjelaskan bagaimana dia dan temannya membagi tugas, bagaimana mereka mencari pelanggan, dan bagaimana mereka menjaga kualitas gilingan daging mereka. Ada kebanggaan dalam suaranya, kebanggaan karena dia bisa mandiri dan tidak lagi bergantung pada orang lain.
Usaha penggilingan daging memang terlihat sederhana, namun memiliki peran vital di pasar tradisional. Banyak pengusaha bakso, pedagang makanan, atau bahkan ibu rumah tangga yang membutuhkan jasa ini.Â
Dengan lokasi di pasar yang strategis, lapak Sarnawi dan temannya memiliki potensi pasar yang besar. Mereka tidak hanya melayani penggilingan daging sapi, tetapi juga ayam dan ikan, sesuai permintaan pelanggan. Ini menunjukkan fleksibilitas dalam menghadapi kebutuhan pasar.
Sarnawi bercerita bahwa di awal-awal, tantangannya tidak mudah. Mereka harus bersaing dengan lapak penggilingan daging lain yang sudah lebih dulu ada. Namun, mereka berdua punya strategi.Â
Mereka menawarkan pelayanan yang ramah, hasil gilingan yang bersih dan sesuai permintaan, serta harga yang bersaing. Perlahan tapi pasti, pelanggan mereka mulai bertambah. Dari mulut ke mulut, reputasi mereka mulai tersebar di Pasar Gedebage.