Rantai distribusi cabai rawit dari petani hingga konsumen seringkali melibatkan banyak pihak, seperti pedagang pengumpul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer.
Setiap tingkatan dalam rantai distribusi ini memiliki macam keuntungan masing-masing, yang pada akhirnya menambah harga jual cabai rawit di tingkat konsumen.
Selain itu, insfrastruktur yang kurang memadai dan biaya transportasi yang tinggi juga dapat memperpanjang rantai distribusi dan meningkatkan harga cabai rawit.
4. Spekulasi dan Praktik Penimbunan
Beberapa pedagang yang nakal mungkin memanfaatkan momen menjelang puasa untuk melakukan praktik penimbunan cabai rawit. Mereka menahan pasokan cabai rawit dengan harapan harga akan terus naik, sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Praktik spekulasi dan penimbunan ini tentu saja merugikan konsumen dan petani, karena menciptakan kelangkaan stok dan mendorong harga cabai rawit melonjak tinggi.
5. Kurangnya Diversifikasi Produk Pertanian
Ketergantungan masyarakat Indonesia pada cabai rawit sebagai salah satu bahan pokok utama membuat harga cabai rawit sangat fluktuatif.
Kurangnya diversifikasi produk pertanian, terutama komoditas pengganti cabai rawit, membuat permintaan terhadap cabai rawit tetap tinggi meskipun harganya mahal.Â
Jika ada alternatif lain yang lebih murah dan mudah didapatkan, masyarakat mungkin tidak terlalu bergantung pada cabai rawit, sehingga fluktuasi harga bisa lebih terkendali.
Dampak Kenaikan Harga Cabai Rawit