Mohon tunggu...
Julius Deliawan A.P
Julius Deliawan A.P Mohon Tunggu... https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Julius Deliawan A.P adalah seorang guru dan penulis reflektif tentang pendidikan, sejarah, kemanusiaan, sosial dan politik (campur-campurlah). Lewat tulisan, mencoba menghubungkan pengalaman di kelas dengan isu besar yang sedang terjadi. Mengajak pembaca bukan hanya berpikir, tetapi juga bertindak demi perubahan yang lebih humanis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Niat Melindungi Musisi Malah Memicu Antipati Publik

15 Agustus 2025   07:00 Diperbarui: 13 Agustus 2025   23:13 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara Burung yang Lebih Nyaring dari Musiknya

Kembali ke soal suara burung tadi yang semula mungkin hanya anekdot, kini menjadi simbol. Simbol bahwa kebijakan bisa kehilangan makna jika dibungkus dengan komunikasi yang kaku. Publik tidak lagi melihat "perlindungan hak cipta", melainkan "royalti untuk segala hal".

Bagi para pencipta lagu yang menggratiskan karyanya, pesan LMKN justru bisa terasa kontradiktif: seolah kebebasan mereka untuk berbagi karya ikut dipungut pajak.

Hasilnya? Bukan hanya publik yang keberatan, tapi sebagian pencipta sendiri bisa merasa dikerdilkan oleh sistem yang katanya melindungi mereka.

 

Jangan Sampai Musik Kehilangan Pendengarnya

Musik itu soal rasa. Dan rasa itu rapuh. Sekali publik merasa musik adalah beban, bukan hiburan, maka jarak akan tercipta.

LMKN harusnya menjadi jembatan antara pencipta dan public bukan tembok yang memisahkan. Kalau benar ingin mendidik masyarakat menghargai karya, mulailah dengan membuat masyarakat merasa dihargai terlebih dahulu.

Karena jika terus melawan arus, bukan hanya suara burung yang terdengar nyaring, tapi juga suara publik yang berkata: "Kami tidak lagi peduli." Dan saat itu terjadi, royalti sebesar apa pun tidak akan bisa mengembalikan rasa yang sudah hilang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun