Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terjebak di Tengah Kerumunan

17 Mei 2020   07:30 Diperbarui: 17 Mei 2020   07:28 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi tidak berhenti sampai di situ, Yesus meminta para murid memeriksa apa yang ada pada mereka, tidak terbatas hanya yang ada pada para murid tetapi juga rombongan yang lain. 

Mereka menemukan Lima Roti  dan Dua Ikan yang berasal dari anak kecil. Sosok yang bahkan dalam rombongan tersebut tidak termasuk yang dihitung. Karena dalam Injil, rombongan besar yang ikut makan adalah lima ribu orang dan dengan jelas dinyatakan ; tidak termasuk perempuan dan anak-anak. Meski sumber makanan berasal dari anak-anak. Sesuatu yang membuat saya berpikir keras untuk memahami pesan pengajaran ini.

Lantas apa yang dapat dipelajari?

Saya yakin tidak mudah mengaitkan terjebaknya para murid Yesus dengan kontek terjebak pada kehidupan masa kini. Tetapi terdapat hal-hal yang menarik untuk diperhatikan. Yaitu dasar keadaan yang membuat orang merasa terjebak dan solusi yang pada akhirnya diusulkan Yesus. Fokusnya bukan pada mukjizat yang Ia buat.

Pertama, tanggungjawab adalah poin penting yang dapat membuat orang merasa terjebak. Sebuah sikap yang sangat amat baik. Tanpa rasa tanggungjawab, saya yakin tidak ada orang yang merasa terjebak. Akan dapat dengan mudah ia meninggalkan keadaan itu, dan tidak peduli atas dampak yang dapat ditimbulkan.

Sehingga rasa terjebak lahir dari pikiran positif, karena ingin tetap melakukan tindakan positif. Menjadi berat, karena kita akan bertindak sesuai dengan apa yang semestinya kita lakukan. Artinya tidak ada yang salah dari merasa terjebak menurut saya.

Namun merasa terjebak, lambat laun akan menggerus emosi dan pikiran. Ini yang dapat berakibat buruk, baik bagi psikis maupun fisik. Tidak ada yang salah, bukan berarti membuat kita harus tetap bertahan pada perasaan itu. Karena dampaknya tidak sehat. Maka diperlukan solusi.

Kedua, kisah Lima Roti dan Dua Ikan menjungkirbalikkan logika solusi yang biasa ada dalam pikiran,  menurut saya. Karena sumber solusi berasal dari sosok yang tidak diperhitungkan, yaitu dari anak kecil. Namun sebelumnya,Yesus meminta para murid “memeriksa” apa yang ada pada mereka. Seluruh rombongan tentu saja.

Saya memahami, sebelum menunjukkan mukjizatnya, Yesus meminta para murid dan rombongan menemukan potensi yang mereka miliki. Karena itu adalah hal terpenting dari solusi yang Yesus akan lakukan. Dari apa yang ada pada merekalah Yesus membuat mukjizat. 

Ini juga dilakukan Yesus pada kisah-kisah yang lain. Artinya, mukjizat Yesus bagaimanapun bersumber pada kekuatan yang ada pada mereka sendiri, tetapi tidak mereka sadari. Anak kecil, adalah satu diantaranya.

Menariknya menjadi sebuah pembelajaran, saya rasa masih cukup konstektual pada poin tersebut. Artinya jika kita ingin keluar dari suatu keadaan yang menjebak, tidak ada salahnya, memeriksa diri, apa yang kita miliki. Karena, melalui hal yang kita anggap mustahil, bukan tidak mungkin justru dari situlah jalan keluar itu berasal. Tentu melalui pertolongan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun