Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asian Games 2018, Momentum Mengembalikan Rasa Indonesia

11 Juli 2018   08:00 Diperbarui: 11 Juli 2018   08:00 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hiruk pikuk politik, kadang membuat sebagian masyarakat lelah. Karena pilihan berbeda, sesama anak bangsa bisa jadi saling unfriend.  Sudah pasti, yang namanya nongkrong bareng tidak bakalan terjadi lagi. Kalaupun terjadi, nilai kebersamaannya sudah tidak seperti sebelumnya lagi. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya cara berpolitik negeri ini masih cupu, begitu kata anak zaman now. Ada juga yang bilang, norak !

Rekonsiliasi bisa-bisa saja. Tetapi kadang butuh alasan kuat, setidaknya yang bisa mengalahkan rasa gengsi. Apalagi di negeri ini, gengsi lagi naik daun. Jalan-jalan, bukan memang karena mau refresing. Cuma pengin ada foto lagi jalan-jalan di medsosnya. Beli ini dan itu bukan karena manfaat, tetapi supaya bisa jadi isi di up date-an status.

Jika hendak rekonsialiasi, supaya bisa kongkow bareng tanpa prasangka, sepertinya memang perlu upaya ekstra. Bisa bebas bicara apa saja tanpa ada yang baper. Tertawa bersama, jika memang lucu. Jadi ketika bersama-sama, energinya tidak dihabiskan untuk menjaga pembicaraan agar tidak ada yang tersinggung. Meski pembicaraan sebenarnya masih pada tahap wajar persahabatan.

Kurang nyaman rasanya, jika nongkrong di tempat yang sama. Minum kopi yang sama. Tetapi masing-masing asik dengan dirinya sendiri. Cuma takut gara-gara bingung mau ngomongin apa agar teman tidak tersinggung.

Butuh rasa bersama untuk membangun kehidupan bersama. Rasa yang membebaskan sesama anak bangsa dari sekat perbedaan. Rasa yang dapat membuat semua memandang perbedaan sebagai Indonesia. Di era damai seperti di Indonesia ini, olahraga bisa membuat rasa itu ada.

Saya masih ingat ketika diajak orang tua nonton siaran langsung pertandingan All England di rumah tetangga. Tua, muda, Islam, Kristen, Batak, Jawa, China, semua teriak dengan kata yang nyaris sama. "Liem Swie King!". Satu lagi, "Indonesia!"

Tidak ada teriakan, "Liem Swie King kafir!" di tempat itu. Apalagi, "Liem Swie King China!". Karena justru sedang melawan China. Padahal diantara penonton ada juga pak haji, pengurus gereja, Jawa totok karena kemana-mana pakai blangkon, dan lainnya. Tetapi semua merasa menjadi bagian yang sama dengan Liem Swie King, sang jagoan yang sedang berlaga di arena.

Selain sportifitas, olahraga menumbuhkan spirit persatuan. Ini adalah permainan, tidak selalu harus menang. Meskipun demikian, ikatan rasa membuat setiap yang terlibat baik langsung ataupun sebatas penonton ikut larut dalam denyut permainan. 

Mengajarkan rasa kecewa bersama, tetapi tidak lantas membabi buta. Ada aturan yang siap ditaati bersama, meski kecewa jika kalah. Bahagia jika menang, meski tidak mendapatkan apapun. Itulah irama rasa kesatuan. Merasa menjadi bagian didalamnya.

ASEAN GAMES 2018, adalah event olahraga yang diselenggarakan di tengah tahun politik. Tahun dimana sebagian anak bangsa berusaha membangun sekat. Ada yang dengan fair, tetapi ada juga yang mungkin berniat bersikap unfair. Sisa-sisa perhelatan akbar Pemilu 2014 masih sangat terasa. Sebagian elit memeliharanya demi kepentingan dirinya sendiri. Pasti ini bukan kepentingan bangsa.

Kesuksesan pelaksanaan ASEAN GAMES 2018, saya rasa bukan sekedar pelaksanaan pada hari H-nya yang tanpa hambatan. Tetapi juga "jiwa" yang diusung oleh perhelatan akbar tersebut mampu diserap oleh seluruh komponen bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun