Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengkritisi Pernyataan Pengamat Soal Kemarahan Presiden Jokowi di Rapat Kabinet

30 Juni 2020   19:45 Diperbarui: 30 Juni 2020   19:36 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Youtube Sekretariat Presiden via Tribunnews.com

Menjadi perbincangan hangat memang bagaimana kemarahan dan kritikan keras Presiden Jokowi kepada para menterinya di sidang Kabinet Paripurna waktu lalu.

Analis Politik Pangi Syarwi Chaniago menilai begini: "Boleh jadi dagelan politik, mencari 'kambing hitam' demi menutupi kelemahannya sebagai presiden dalam menjalankan roda pemerintahan, dilansir dari Tribunnews.com, 30/6/2020.

Apa yang dikatakan pengamat politik tersebut patut dikritisi juga. Pasalnya, seakan-akan Presiden salah marah pada menterinya yang merupakan dipilih sesuai hak prerogatif seorang Presiden.

Bagi penulis, menteri itukan dipilih atas perintah seorang Presiden. Mereka juga bekerja bisa atas perintah dan atas kewenangan yang diberikan oleh Presiden juga.

Dalam hal ini, kita sedang menghadapi Pandemi Covid-19. Seharusnya, apa yang dihimbau dan kebijakan Presiden dilaksanakan secara baik, lancar, kerja keras dan penuh tanggungjawab oleh menterinya.

Penulis melihat Presiden menyalahkan menteri atau tidak sepenuhnya itu kesalahan menteri. Apa yang disampaikan Presiden Jokowi adalah bentuk evaluasi penuh terhadap menteri yang sudah dipilihnya.

Menteri dan Presiden memang satu kesatuan. Presiden memerintahkan dan menterilah yang mengeksekusi semuanya. Jadi, kalau menteri lambat mengeksekusi tentu layak dievaluasi keras.

Itu sebenarnya penulis lihat dari kemarahan dan kekesalan Presiden sebagai kepala negara.

Dan, kita masih menunggu sebenarnya apakah reshuffle akan dilakukan atau tidak. Bisa jadi tidak dilakukan reshuffle dan memberi kesempatan terakhir buat menteri bekerja maksimal. Semua kita berikan kepada Presiden yang punya hak prerogatif.

Perkataan dari pengamat tersebut layak untuk dikritisi juga. Tidak sepenuhnya benar dan diamini. Semua pemimpin kalo kerja anggotanya tak sesuai ekspektasi rakyat pasti marah dan mengevaluasi anggotanya. Kita pasti tahu itu.

Bukan berarti marah kepada menteri memberikan sinyal pemerintah gagal secara penuh. 

Penulis melihat juga bahwa kemarahan kemarin adalah bentuk pelajaran berharga. Para menteri jadi tahu menggunakan anggaran untuk mengatasi Pandemi ini. Para menteri jadi tahu apa sebenarnya yang harus digunakan dan dilakukan.

Yang penting juga, penggunaan anggaran secara transparan. Tidak ada main mata atau cara-cara korup yang dilakukan. Itu Saja.

Dalam sebuah pemberitaan juga Moeldoko sebagai Kepala Staf Kepresidenan mengatakan bahwa sudah sering Presiden Jokowi mengingatkan para menterinya agar lebih aktif dan lebih baik dalam pekerjaannya.

Itu membuktikan bahwa kemarahan itu sebagai wujud kekesalan yang manusiawi sekaligus peringatan secara terus menerus kepada menteri agar lebih membuka mata.

Tak perlu juga dipikiri apa yang disampaikan Presiden waktu lalu. Para menteri harus semakin berkembang saja, semakin maju dan semakin peka terhadap penderitaan rakyat.

Buat politisi juga tak perlu membuat ramai lagi berita mengenai pidato maupun kritikan keras Presiden tersebut. Semoga kita bisa memaklumi dan tak beropini lebih dalam dan lebih luas lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun