Mohon tunggu...
Josua Pardede
Josua Pardede Mohon Tunggu... Bankir - Chief Economist - PermataBank

Mathematician who becomes an economist.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Tensi Geopolitik dan Ekonomi: Telaah Risiko Stagflasi Akibat Perang Rusia-Ukraina

8 September 2022   13:12 Diperbarui: 13 September 2022   08:18 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peningkatan inflasi di negara maju didorong oleh harga komoditas energi dan beberapa bahan pangan yang meningkat, dan kemudian berdampak juga pada barang-barang lainnya, sehingga baik inflasi headline maupun inflasi inti meningkat hingga tahun 2022.

dokpri
dokpri

Inflasi bahan pangan sendiri diperkirakan secara berangsur-angsur mulai melambat, akibat penyesuaian kebijakan serta pencabutan larangan ekspor di beberapa negara.

Sementara itu, perang yang tidak kunjung usai, serta belum adanya sinyal perdamaian berakibat pada masih tingginya harga komoditas energi.

Inflasi dari sisi supply yang meningkat pada awalnya diperkirakan hanya bersifat temporer, namun, tren harga yang masih tinggi berdampak pada pada inflasi inti di berbagai negara.

Biaya transportasi dan juga input untuk manufaktur memaksa perusahaan untuk mentransmisikan harganya kepada konsumen, sehingga barang-barang tahan lama juga meningkat. Alhasil daya beli masyarakat cenderung tergerus, yang juga berdampak pada profitabilitas pelaku usaha.

dokpri
dokpri

Bank sentral merespon tingginya inflasi melalui berbagai kebijakan moneter ketat, mulai dari tapering/pengurangan stimulus moneter, hingga menaikan suku bunga acuannya. Hingga bulan Agustus, beberapa bank sentral global telah menaikan suku bunganya secara agresif.

Bank sentral kawasan Eropa, ECB, telah menaikan suku bunganya hingga 50bps menjadi 0,0% pada bulan Juli 2022, tertinggi sejak 2014. Bank sentral Inggris Raya, telah menaikan suku bunganya sebesar 150bps menjadi 1,75% di tahun 2022. Sementara itu, bank sentral AS, Fed, sudah menaikan suku bunganya sebesar 225bps ke level 2,50%.

dokpri
dokpri

Inflasi dari sisi supply, serta peningkatan suku bunga bank sentral negara maju meningkatkan risiko stagflasi atau bahkan resesi di tingkat global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun