Mohon tunggu...
Josua Pardede
Josua Pardede Mohon Tunggu... Bankir - Chief Economist - PermataBank

Mathematician who becomes an economist.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Tensi Geopolitik dan Ekonomi: Telaah Risiko Stagflasi Akibat Perang Rusia-Ukraina

8 September 2022   13:12 Diperbarui: 13 September 2022   08:18 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dok UK MoD
dok UK MoD

Kenaikan dari kedua komoditas tersebut sudah melewati puncaknya di bulan Maret dan April dan mulai mengalami normalisasi. Komoditas pangan lain yang juga terkena dampak adalah minyak sawit dan minyak kedelai, meskipun harga kedua komoditas tersebut sudah mengalami normalisasi. Harga komoditas minyak kelapa sawit bahkan sudah terkontraksi -19,2%ytd.

Meskipun harga pangan mulai cenderung melandai, tidak berlaku pula dengan komoditas energi. Komoditas energi erat hubungannya dengan Rusia, mengingat Rusia dapat dikatakan sebagai lumbung energi global.

Rusia merupakan negara dengan cadangan gas terbesar di dunia, cadangan batu bara terbesar kedua di dunia, serta memiliki cadangan minyak mentah kedelapan terbesar di dunia. Hal ini kemudian diperkuat juga oleh status Rusia sebagai salah satu produsen utama gas di kawasan Eropa.

Sebagai langkah retaliasi, pihak Rusia menahan ekspor minyak mentah dan batu bara, sehingga harga komoditas energi tersebut meningkat. Tidak hanya itu, Rusia, melalui perusahaan gasnya, juga menahan aliran gas ke Eropa, sehingga terjadi kelangkaan energi di Eropa. Harga rata-rata minyak global per Agustus sudah naik 31,7%ytd, harga gas di Eropa naik 84,2%ytd, sementara harga batu bara naik 90,8%ytd.

 Berbeda dengan komoditas pangan, di mana beberapa harga komoditas mulai mengalami penurunan, harga komoditas energi masih mengalami kenaikan bahkan dalam tiga bulan terakhir.

Hal ini mengindikasikan bahwa harga komoditas energi baru akan mengalami normalisasi bila perang Rusia-Ukraina mulai mereda.

dokpri
dokpri

Kondisi krisis pangan dan energi akibat perang mengakibatkan inflasi di negara maju dan juga negara berkembang mengalami kenaikan yang signifikan. Inflasi bulanan di AS pada tahun 2022 (per Juli), rata-rata tercatat 0,74%mom, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulanan pada 2021 sebesar 0,57%mom.

Rata-rata inflasi bulanan ini juga jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi di 2017, 208, dan 2019, yang masing-masing tercatat 0,18%mom, 0,17%mom, dan 0,20%mom. Inflasi tahunan AS bahkan meningkat hingga 9,1%yoy di bulan Juni, tertinggi sejak 1981, di mana terjadi krisis minyak global. Tidak hanya AS, kawasan Eropa juga terdampak oleh harga komoditas global.

Inflasi tahunan kawasan Eropa mencapai 9,1%yoy, tertinggi sejak tercatat pertama kali di tahun 1997. Inflasi Inggris pun tercatat naik hingga 10,1%yoy, tertinggi sejak 1982, dengan alasan yang serupa, yaitu krisis energi global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun