Apakah guru berhenti dengan keadaan ini? Sebaiknya masalah yang disampaikan guru perlu mengkomunikasikan dengan pihak sekolah serta orang tua.
Ingat, guru tetap melaksanakan proses pembelajaran bermakna melalui cara, yaitu menghadirkan rasa nyaman bagi murid ketika belajar bersamanya. Ada cita rasa (well being) yang dialami murid sehingga membawanya tertarik untuk mempelajari materi dan ia mengalami suka cita ketika hadir bersama guru tersebut. Kehadiran guru memberikan kesan positif bagi murid. Oleh karena itu, guru perlu menghindari uncapan-ucapan yang bersifat intimidasi yang dapat menciptakan rasa tidak nyaman yang dialami muridnya.
Dengan cara inilah, menurut hemat penulis, sikap skeptis dan pragmatis yang dialami oleh guru terhadap muridnya dapat teratasi. Guru menemukan peluang untuk mewujudkan perasaan-perasaan skeptisnnya dengan cara memberikan peluang kepada murid untuk menghadirkan potensi yang dimiliki dengan media pemebelajaran yang disajikan.
Sikap skeptis dan pragmatis, adalah sebuah cara pandang yang meragukan terhadap potensi yang dimiliki murid. Mengapa hal ini terjadi?
Kita kembali bertanya, apakah guru telah melakukan assesment diagnosis awal sebelum melakukan proses pembelajaran?
Nah, untuk menemukan potensi yang dialami oleh murid, perlu melakukan assesment awal. Seperti yang dilakukan oleh penulis, yaitu penyebaran angket potensi serta cara belajar murid. Cara velajar murid pun, sebaiknya diketahui oleh guru, agar dalam proses pembelajaran guru tidak menghadirkan pembelajaran yang monoton.
Skeptis dan pragmatis boleh terjadi, tetapi ingat, kita tidak boleh larut begitu lama dengan cara berpikir demikian, karena membawa dampak menghilangkan niat suci kita dalam memanusiakan murid kita sebagai perwujudan dari pengamalan nilai-nilai Pancasila. Mereka adalah generasi peradaban bangsa, kini dan yang akan datang. Tetaplah menjadi guru yang memberi rasa nyaman kepada murid, kapan dan di mana pun. Gratias!