Pasti banyak dari kalian yang sudah familiar dengan istilah "YOLO", meskipun mungkin ada juga yang belum tahu artinya. YOLO adalah singkatan dari "You Only Live Once" atau "Hidup cuma sekali". Istilah ini sering digunakan oleh anak muda untuk membenarkan keputusan-keputusan spontan---termasuk dalam hal belanja dan gaya hidup.
Intinya: mumpung masih muda, nikmati hidup semaksimal mungkin---meskipun kadang tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap keuangan atau masa depan.
Nggak heran, banyak anak muda yang menganut pola pikir "mumpung masih muda" hingga akhirnya jadi lebih konsumtif dan boros. Tapi... apakah ini bentuk ekspresi diri? Atau justru pelarian dari tekanan hidup?
Penyebab Budaya Belanja YOLO di Kalangan Anak Muda
Pengaruh Media Sosial dan Influencer
Gaya hidup mewah yang ditampilkan di media sosial sering dianggap sebagai standar sukses. Akhirnya, banyak yang merasa harus ikut-ikutan demi terlihat "keren".FOMO (Fear of Missing Out)
Takut ketinggalan tren bikin orang terdorong beli sesuatu, bukan karena butuh---tapi karena nggak mau dianggap "kurang update".Pelarian Emosional
Belanja dijadikan bentuk pelarian dari stres: entah itu self-reward, healing, atau sekadar pengalihan dari tekanan hidup.- Baca juga: Produktif atau Cuma Keliatan Sibuk?
Rendahnya Literasi Finansial
Kurangnya pemahaman tentang cara mengelola uang bikin banyak anak muda gampang tergoda belanja impulsif.
Dampak Gaya Hidup YOLO yang Berlebihan