Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tanda Bintang Tiga dalam Penulisan Cerita Anak

19 September 2025   12:14 Diperbarui: 19 September 2025   12:14 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: iStock/credit: Prostock.Studio

Cerita anak sebagaimana cerpen lainnya, sudah pasti ada unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam penulisannya. Kejelian para penulis bisa terus dilatih, meski tanpa mengikuti kelas menulis dari penulis tenar. Saya sendiri, lebih banyak belajar dari tulisan para senior. Bahkan ada seorang penulis senior yang dengan suka rela memberikan kritik saran melalui pesan whatsapp, Ayah Tuah.

Jam terbang yang tinggi dalam menulis cerita anak mutlak dibutuhkan, seperti halnya penulis cerpen pada umumnya. Pada tulisan saya lain, pernah membahas tentang penulisan cerita anak, seperti bagaimana kalimat yang harus digunakan, kalimat awal, kekuatan komunikasi dengan anak dalam keseharian, penyampaian pesan dan sebagainya.

Kemudian hal yang tak kalah penting, ketika dalam penyusunan cerita anak, penulis sudah menggunakan kalimat sederhana, pembuka yang baik dan pesannya kuat bagi anak-anak, maka penulis perlu memerhatikan penggunaan tanda tertentu untuk menunjukkan episode, adegan, atau setting cerita lainnya.

Bagaimanapun, cerita anak itu pasti tetap ada perbedaan tempat atau waktu pada settingan ceritanya, maka agar tidak terkesan membingungkan, penulis perlu membubuhkan tanda bintang tiga (***). Terus terang, saya mendapatkan ilmu ini saat bergabung di sebuah grup whatsapp yang beranggotakan para penulis handal di Kompasiana.

Namun, terkadang ada juga penulis yang menyarankan agar tanda bintang tiga tadi dihilangkan dalam sebuah cerpen. Pendapat ini tentu bisa saja dipraktikkan penulis, asal ada kalimat yang jelas dan bisa menjadi jembatan penghubung antar episode atau adegan agar cerita tidak lompat dan membingungkan. Tetapi kalau cerita tiba-tiba berpindah baik waktu atau tempat, alangkah baiknya kalau tanda bintang tiga dibubuhkan.

Terlebih lagi dalam penyusunan cerita anak, di mana anak belum terlalu lancar dalam menganalisa episode, setting, tanda tadi sangat dibutuhkan. Tujuannya, agar pesan cerita juga bisa ditangkap dengan mudah.

Cerita anak dengan cerita pendek lainnya memiliki banyak kesamaan, namun karena pembacanya adalah anak-anak, maka penulis harus meminimalisir kesulitan anak dalam memahami cerita.

Penulis perlu ingat, bahwa anak sedang belajar mencintai literasi melalui cerita, maka tidak ada salahnya kalau penulis memiliki kesadaran untuk merangkul anak agar cinta buku.

Fungsi Tanda Bintang Tiga dalam Penulisan Cerita Anak

Secara umum, tanda bintang tiga bisa memiliki beberapa fungsi ajaib yang bisa menghidupkan sebuah cerita, termasuk cerita anak. Pertama, menjadi penanda jeda panjang. Artinya, tanda bintang tiga ini sebagai cara klasik untuk menunjukkan pergantian waktu yang signifikan. Atau bisa juga menunjukkan perubahan yang bersifat dramatis dari pergantian adegan dalam cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun