"Mau-maunya kamu bawa rumah seperti itu, Put! Apa nggak capek?" ucap Meri. Ucapan itu disambut dengan tawa semua temannya.Â
"Aku nggak capek kok, Meri!" jawab Puput.
"Tapi kamu kelihatan aneh, tahu! Pakaian kok keras seperti itu," sahut Kuthuk.
Perbincangan mereka tetap memojokkan Puput. Hingga tanpa mereka sadari, ada Elang, burung yang terkenal sangat tegang kepada hewan lainnya, terbang merendah. Elang mendekat ke arah Puput dan teman-temannya. Mereka pun terlihat panik dan berlarian untuk mencari tempat persembunyian.
Sayangnya, dari semua hewan itu, Puput satu-satunya hewan yang lambat berjalan. Di saat teman-temannya sudah mendapatkan tempat persembunyian, Puput masih berada di sekitar tempat mereka bermain.Â
Puput panik dan berdoa untuk diberikan keselamatan. Dia meringkukkan tubuh dan menyembunyikan tubuh ke dalam rumahnya.
"Ya Allah, lindungi aku," doa Puput di dalam rumahnya. Keringat dingin keluar dari tubuhnya.Â
Sementara teman-teman Puput menyaksikan Puput yang didekati Elang dari tempat persembunyiannya. Mereka mengira kalau Puput akan diterkam oleh Elang.
Namun, mereka sangat takjub karena Elang terlihat kesulitan untuk mematuk atau mencengkeram tubuh Puput. Berkali-kali Elang mencoba mengambil tubuh Puput yang lunak.
"Sulit sekali mengambil tubuh siput ini. Benar-benar bikin kesal!" gerutu Elang. Elang memang sering menemukan siput yang terkenal dengan dagingnya yang lunak, tapi sulit untuk dinikmatinya.
Akhirnya Elang menyerah. Puput ditinggalkan begitu saja. Puput yang ketakutan dan berdebar-debar, perlahan mengeluarkan kepalanya. Tampaklah Elang sudah terbang tinggi. Puput pun bernafas lega.