"Aku nggak mau bawa rumah ini, Bu!" ucap Puput, si anak siput, dengan wajah memelas. Ibu Puput yang sedang menyetrika pakaian, menghentikan sesaat aktivitasnya.Â
"Kenapa nggak mau bawa? Tubuh kita tidak aman kalau rumah nggak dibawa, Put," ucap Ibu Puput dengan suara lembut.
"Tapi aku sering diejek dan ditertawakan teman-teman, Bu. Aku malu!"
Ibu Puput menghela napas panjang. Beliau memang sering mendengar cerita kalau Puput diledek teman-temannya. Puput sendiri sering dinasihati agar tidak terlalu memikirkan ucapan teman-temannya.
"Kok malu? Rumah ini kan sudah diberikan Allah kepada kita sebagai pelindung kita, Put."
Puput terdiam. Air matanya mulai membasahi pipinya.
"Kulit kita nggak seperti hewan lain. Itulah keunikan kita, Put. Kita harus bersyukur."
Kalau sudah dinasihati seperti itu, Puput lebih tenang. Meski dalam hati, dia sangat khawatir kalau terus-terusan diejek teman-temannya.
**
Suatu hari, Puput bermain bersama teman-teman seperti Cici si kelinci, Kuthuk si anak ayam, Kupu-kupu, Meri si anak bebek dan sebagainya.
"Mau-maunya kamu bawa rumah seperti itu, Put! Apa nggak capek?" ucap Meri. Ucapan itu disambut dengan tawa semua temannya.Â
"Aku nggak capek kok, Meri!" jawab Puput.
"Tapi kamu kelihatan aneh, tahu! Pakaian kok keras seperti itu," sahut Kuthuk.
Perbincangan mereka tetap memojokkan Puput. Hingga tanpa mereka sadari, ada Elang, burung yang terkenal sangat tegang kepada hewan lainnya, terbang merendah. Elang mendekat ke arah Puput dan teman-temannya. Mereka pun terlihat panik dan berlarian untuk mencari tempat persembunyian.
Sayangnya, dari semua hewan itu, Puput satu-satunya hewan yang lambat berjalan. Di saat teman-temannya sudah mendapatkan tempat persembunyian, Puput masih berada di sekitar tempat mereka bermain.Â
Puput panik dan berdoa untuk diberikan keselamatan. Dia meringkukkan tubuh dan menyembunyikan tubuh ke dalam rumahnya.
"Ya Allah, lindungi aku," doa Puput di dalam rumahnya. Keringat dingin keluar dari tubuhnya.Â
Sementara teman-teman Puput menyaksikan Puput yang didekati Elang dari tempat persembunyiannya. Mereka mengira kalau Puput akan diterkam oleh Elang.
Namun, mereka sangat takjub karena Elang terlihat kesulitan untuk mematuk atau mencengkeram tubuh Puput. Berkali-kali Elang mencoba mengambil tubuh Puput yang lunak.
"Sulit sekali mengambil tubuh siput ini. Benar-benar bikin kesal!" gerutu Elang. Elang memang sering menemukan siput yang terkenal dengan dagingnya yang lunak, tapi sulit untuk dinikmatinya.
Akhirnya Elang menyerah. Puput ditinggalkan begitu saja. Puput yang ketakutan dan berdebar-debar, perlahan mengeluarkan kepalanya. Tampaklah Elang sudah terbang tinggi. Puput pun bernafas lega.
Teman-teman Puput segera keluar dari persembunyiannya. Mereka mendekat ke arah Puput. Puput tersenyum melihat kedatangan teman-temannya itu.
"Kamu hebat, Put! Bisa bebas dari Elang jahat itu!" puji Kupu-kupu.
"Benar! Kamu keren! Elang itu nggak bisa bawa kamu," sahut Cici.
Puput tersenyum. Dalam hatinya dia membenarkan ucapan ibunya, bahwa rumah yang dibawanya setiap saat ternyata sangat bermanfaat untuk keselamatannya.
"Ini karena rumahku yang melindungiku kok, teman-teman. Kalau rumah nggak kubawa, pasti aku habis disantap Elang."
Teman-teman Puput mengangguk. Mereka sadar kalau Puput memiliki keistimewaan di balik rumahnya itu saat menghadapi bahaya. Sementara mereka bisa berjalan cepat untuk menghindari bahaya.
___
Melikan, 12 Juni 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI