Hujan kali ini, kamu temui aku lagi. Di teras rumah. Tak ada alasan menolak kehadiranmu di rumah ini.Â
"Hai, sayang. Kamu sudah menungguku lama ya?" Ucap Rian, lelaki yang baru saja sampai dengan sepeda motornya. Aku bersyukur sekali karenanya.
Rian melepaskan mantelnya. Rambutnya terlihat sedikit basah oleh hujan deras sore ini.Â
"Iya, mas. Kamu bikin cemas saja," ucapku cemberut. Rian tertawa, lalu mendekati dan mencium keningku.
Rian, kakakmu, kini sudah menjadi suamiku. Naura yang mengenalkannya padaku saat kamu melamar Naura. Semula aku ragu untuk menerimanya. Namun kuistiharahkan tawarannya untuk menikahiku.Â
Setelah kuyakin, barulah kuterima Rian. Sikap dewasa dan mengayomi itu telah mencuri hatiku. Ya, kita ditakdirkan menjadi saudara ipar.Â
"Kamu sudah lama di sini, Rif?" Tanya Rian padamu. Diulurkannya tangannya padamu. Kamu menyambutnya dan berlalu.
"Nggak masuk rumah dulu, Rif? Kita ngopi-ngopi dulu." Tak kau pedulikan ucapan Rian.