Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekilo Nila untuk Isteriku

12 Juli 2020   05:51 Diperbarui: 12 Juli 2020   05:48 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini, selagi yang lain masih meringkuk di bawah selimut, aku telah berada di Jombor. Di tempat ini aku menyalurkan hobiku, memancing. Biasanya lokasi ini ramai oleh para pemancing. Tetapi saat ini masih sepi, pemancing lebih merasa aman berada di rumah sejak pandemi covid 19.

Memancing, aktivitas yang sangat lama tak kulakukan. Semenjak badanku ringkih, punggung dan kaki sering ngilu, dan masa pandemi, nyaris aku tak pernah memancing lagi.

Untuk mengganti aktivitasku dan membuang rasa jenuh, aku salurkan hobi menanam buah dan bonsai. Ya dengan hobi baruku itu, aku bisa melihat rumah menjadi hijau dan terasa sejuk.

Lalu bagaimana dengan isteriku?

Dia lebih sibuk merawat anak dan melakukan aktifitas rumah lainnya. Aku pernah menyarankan padanya untuk menanam bunga-bunga di taman. Apa jawab isteriku?

"Aku tuh seneng, mas. Lihat anggrek bermekaran, mawar merekah. Tapi aku capek ah. Tuh lihat anak lanangmu, polahnya benar-benar menguras tenagaku...".

Dasar perempuan. Aku bicara sedikit padanya, eh responnya seperti kereta api saja omongannya. Ya sudah, kubiarkan isteriku dengan aktivitasnya. 

***

"Ini di mana, mas?"

Isteriku mengirim pesan lewat WhatsApp. Pagi ini, aku meng-upload foto lokasi memancingku.

"Jombor," balasku singkat.

"Haaaa... jadi mancingnya di Jombor?" 

Aku bayangkan isteriku cemberut. Pasti dia kesal karena aku telah membohonginya. Ya semalam, saat aku berangkat piket malam, aku bilang kalau hari Sabtu aku pulang terlambat. 

"Mau mancing. Cuma di Kali kampung sebelah," pamitku semalam.

**

Untuk mencegah meningginya emosi isteriku, aku membalas, "Ini lebih dekat daripada ke Wonogiri."

Segera kulanjutkan memancing. Tak berapa lama kulihat mata kail telah dimangsa ikan. Segera kutarik kailku. Ternyata lele. Aku tersenyum, sebuah awal yang baik memancing kali ini.

Baru saja kulepas lele dari kail, isteriku mengirim WA lagi. 

"Dah dapet ikan apa belum?

"Lele 1..."

"1 kg kan? Yesss..." disertai emoticon tertawa lepas. Kuyakin dia juga tertawa di rumah. Seperti yang sering kulihat kalau dia WA dengan temannya. 

"Hadehhh..." balasku.

"Lah iya. Kan pamit mancing sehari. Nah ikannya kudu banyak..." balas isteriku. Di sana ada emoticon muka dengan lidah melet. Hahaha.

"Keberuntungan kalau itu, bune..."

"Ya harus beruntung. Hahaha..."

"Ya, doakan bisa segera nambah banyak dapat ikannya."

Tak ada balasan lagi dari ibu anak-anakku. Saatnya aku melanjutkan memancing. Aku harap sih hari pertama memancing kali ini aku beruntung. Biar nggak diomeli isteriku pas sampai di rumah.

***

Menjelang waktu Dhuhur aku tiba di rumah. 

"Kukira mancingnya mau sehari beneran..." sambut isteriku ketika membukakan pintu rumah.

"Capek, bune..."

"Ya istirahat makanya. Habis begadang semaleman di kantor kok nggak pulang trus tidur..."

Aku cuma dengarkan suara isteriku yang begitu lancarnya keluar dari bibirnya. Kuletakkan tas berisi alat tempur untuk memancing di gudang samping.

"Lah terus ikannya dapet berapa kilo?"

"Mbuh..."

Kubuka tas dan kuserahkan pada isteriku yang membuntutiku. 

"Ini..."

"Apa ini, mas?"

Isteriku menerima plastik berisi ikan hasil pancinganku. Seketika senyum merekah dari wajah isteriku. Seneng juga melihatnya begitu bahagia. Ya memang hasil pancinganku lumayan. Kukira satu kilogram sih lebih. Satu ikan lele dan selebihnya ikan nila. 

Isteriku segera membawa hasil pancinganku ke dapur. 

"Kubikinkan kopi ya, mas. Habis itu, tolong ikannya dibersihkan sekalian. Baru kusimpan di kulkas..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun