Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mendadak Agamis

19 September 2019   15:30 Diperbarui: 19 September 2019   16:30 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kabarpali.com

Kalau diperhatikan, akhir-akhir ini di berita online atau di televisi, tiba-tiba ada yang agamis. Apalagi kalau bukan karena dia terkena kasus tertentu. Tak hanya artis, politisi, pejabat dari tingkat bawah sampai pusat bisa terkena kasus ini.

Alhamdulillah. Berarti ada rasa takut pada Sang Khalik kalau begitu. Semoga tak hanya musiman. Ah... bicara mengenai musiman, pada sebuah desa X, baru ramai- ramainya mau pemilihan lurah.

Ada dua kandidat kuat yang akan bertarung untuk memperoleh kedudukan bergengsi di seluruh desa X. Masing- masing kandidat memiliki pendukung fanatik.

Ada saja untuk meraih simpati rakyatnya. Mungkin terinspirasi dari sebuah pesta demokrasi di sebuah negara yang makmur dan sejahtera di negeri seberang.

"Wah... njenengan sekarang lebih rajin ke masjid, pak..."

Pak Her ---yang merupakan salah satu kandidat lurah yang kuat--- tersenyum manis. Tak seperti biasanya. 

Jauh sebelum dia mencalonkan diri sebagai lurah, jangankan ibadah sunah dan sodaqoh. Shalat lima waktu saja bolong- bolong. Malah shalatnya hanya dilakukan dua kali dalam setahun. Bisa ditebak, shalat Idul Fitri dan shalat Idul Adha. Sekarang berbalik seratus delapan puluh derajat.

"Iya. Sudah tua, pak Bun. Saya harus mulai berpikir untuk mencari bekal hidup kekal di akhirat..."

"Alhamdulillaah..." Pak Bun yang mendengar penuturan pak Her hanya manggut- manggut. Pak Her senang. Dalam hatinya dia membatin, "Aku mengincar kursi lurah itu...hahaha..."

**

Masa kampanye semakin memanas. Pendukung rival pak Her sering berkomentar miring. Mereka menilai kesholihan pak Her tidak tulus. 

Pak Her dan tim suksesnya tak kehabisan akal. Para tim sukses dikumpulkan. Mereka berunding untuk membujuk para pendukung Pak Sueb, rivalnya.

"Pokoknya apapun harus kita lakukan. Biar kita bisa berkuasa di desa tercinta kita..." begitu arahan dari sponsor utama pak Her.

"Sepakat. Kita harus menang. Kita bujuk dan raih hati mereka..."

"Jika perlu, semua tim sukses mulai sekarang lebih banyak shalat di masjid..."

Usul demi usul masuk dalam pertemuan terbatas itu. 

"Jangan lupa, kita siapkan juga amplop untuk membujuk mereka..."

"Setuju. Pendukung Pak Sueb kan banyak petani udik yang sok suci, tak kaya. Pasti iming- imingan amplop itu membuat mereka berbalik arah.."

Tepuk tangan bergema di kantor Tim Sukses Pak Her. 

**

Pagi buta menjelang pemilihan lurah. Tim sukses pak Her bergerilya untuk ke rumah- rumah penduduk. Diketuk pelan- pelan pintu rumah para petani.

"Jangan lupa coblos gambar ini nanti..." bisik tim sukses Pak Her sambil menunjukkan gambar pada contoh surat suara. Petani yang didatangi dan diberi buah tangan beserta amplop manggut- manggut.

Untuk meyakinkan diri mereka, ditanyailah petani yang sudah diberi bingkisan itu. Tim sukses tersenyum dan menjabat erat tangan petani- petani udik itu.

**

Pemilihan dan penghitungan suara pemilihan lurah sudah terlaksana dua bulan yang lalu. 

"Nanti nyoblos gambar apa, pak Bun...?"

Pak Bun menjawab sekenanya saja. Pak Bun merasa prihatin dengan kondisi pak Her. Semenjak penghitungan suara dan hasilnya diketahui, ingatan Pak Her terganggu. Kalimat yang diucapkan hanya pertanyaan yang sama untuk semua warga.

Tim sukses pun masih belum terima kenyataan itu. Mereka sudah yakin bahwa petani- petani udik itu juga memilih Pak Her. Namun tak satupun petani yang memilih pak Her.

"Kami memilih dengan hati, pak. Bukan karena bingkisan itu. Kami tahu yang ikhlas dan yang mendadak agamis..." jelas petani yang didatangi tim sukses Pak Her.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun