Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik, Agama, Bajingan

8 Januari 2018   15:57 Diperbarui: 8 Januari 2018   16:06 1791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pinterest.com/jillannec3

Katanya di kalangan anak muda tumbuh rasa antipati terhadap politik, dan banyak dari mereka yang merasa bahwa agama dan politik perlu dipisahkan secara jelas. Jauhkanlah agama dari politik, dan jauhkan juga politik dari agama. Agama itu wilayah privat, politik itu wilayah publik. tetapi betulkah harus begitu? .... saya urun pendapat.

'1. Hakekat Agama

Agama itu untuk membuat teratur dan berlandaskan cinta-kasih. Tuhan adalah kasih, engkau adalah anak Allah dan kepunyaan yang Mahatinggi (Kristen). Cinta adalah ini, yakni bahwa kamu tidak semestinya menganggap dirimu sendiri terlalu kecil, dan bahwa Allah Mahabesar (Islam). Orang dapat memuja Tuhan dengan cara terbaik melalui cinta (Hindu). Cinta adalah wadah Tuhan (Shinto). Hendaknya manusia memelihara, demi kepentingan orang lain, hati penuh cinta (Bhudda).

Buah dari agama adalah cinta, buah dari cinta adalah persatuan. Agama, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika saling bertautan sangat erat dan mesra.

'2. Hakekat Politik

Politik pada dasarnya adalah seni mencapai sesuatu, dan yang dimaksud dengan sesuatu itu mencakup spektrum yang luas. Politik yang untuk mencapai kekuasaan, itu hanya salah satu spesies dari politik. Ketika anda melakukan sesuatu, misalnya berdandan lebih modis dari biasanya, tersenyum lebih sumringah, dan suara mendadak berubah menjadi lembut dan puitis, untuk menarik perhatian sang pujaan hati, sebenarnya anda sedang berpolitik, namanya politik cinta. 

Di politik cinta itu, anda sama sekali tidak membutuhkan partai politik yang manapun, baik demokrat atau yang republik.

Politik itu adalah seni, seni itu adalah peradaban. Pada peradaban yang berbeda, politik berlangsung dengan cara atau metode yang berbeda. Di peradaban Barat sana, politik cinta lebih mengarah ke to the point saja. I love you, atau bahkan tanpa angin tanpa topan langsung mengatakan will you marrie with me?, sambil menyodorkan kotak cincin atau setangkai mawar merah yang durinya sudah dicabut.

Politik cinta di peradaban timur bukan begitu caranya. Di Sumatera Barat, politik cinta itu berjalan mbulet, berputar-putar, berbalas pantun. Memang sangat banyak pujangga yang berasal dari sana. Kalau kau langsung mengatakan maukah kau menikah denganku, hasilnya kalau bukan pipi kena tamparan keras, bisa juga selangkangan yang kena tendangan silat. Hati-hati, di sana banyak pendekar silat.

Politik kekuasaan juga begitu. Di peradaban Barat, rasa malu dan kekuasaan berdampingan saling mengawasi. Di peradaban timur, kebanyakan kemaluanlah yang berdampingan dengan kekuasaan, tetapi tanpa rasa malu.

Jadi, mengacu ke kemurnian makna, politik itu adalah seni mencapai sesuatu, seharusnya tidak ada lagi perdebatan tentang apa itu politik, tidak ada juga rasa antipati terhadapnya. Menjauhkan diri dari politik, bisa menyebabkan jomblo yang berkepanjangan. Atau berpolitik di luar peradaban, hati-hatilah terhadap selangkangan anda.

'3. Agama di Politik

Buah dari agama adalah cinta, buah dari cinta adalah persatuan, maka politik yang mempersatukan  membutuhkan agama. Itu perlu agar sesuatu yang baik dicapai dengan cara yang baik. Di semua sendi kehidupan, adagium sesuatu yang baik diraih dengan cara yang baik mestilah eksis dan berlaku, semua kita berharap begitu.

Seribu jalan ke Roma, kata pepatah yang oleh entah siapa. Tetapi jikalau anda dari Balige hendak ke Roma, jika anda melewati keseribu jalan itu maka sampai kapanpun anda tidak akan pernah menginjakkan kaki di Roma. Anda harus memilih hanya satu jalan, dan lalu jalanilah. Begitu juga, seribu cara meraih sesuatu, tetapi kalau keseribu cara itu anda cobakan, kapanpun anda tidak akan pernah meraih apapun. Dengan ketetapan hati, anda hanya boleh memilih satu cara.

Di situlah peran agama di semua spesies politik sangat diharapkan, yaitu cara agar tujuan yang baik dicapai dengan cara yang baik. Tujuan yang baik yaitu persatuan, dicapai dengan cara yang baik, yaitu melalui cinta-kasih. Kan sudah saya sebut di atas, buah dari agama adalah cinta, buah dari cinta adalah persatuan. Kemurnian agama bertemali erat sangat mesra dengan kemurnian tujuan politik.

Itu sebabnya, saat sidang paripurna di parlemen dalam rangka membagi kekuasaan politik, orang-orang yang memegang kekuasaan agama harus selalu dilibatkan.

'4. Politik di Agama

Meski agama itu adalah tentang hubungan personal dengan Tuhan yang diimani, tetapi umat agama itu juga adalah mahluk sosial. Di ranah sosial itu ada yang seagama, ada yang berbeda agama, ada yang tidak beragama, banyak juga yang tidak jelas.

Kumpulan dari golongan seagama memerlukan institusi atau lembaga, yang diperlukan agar jalannya keagamaan tidak serampangan, dan tidak sesuka hati. Jadi, suka atau tidak suka, mau atau tidak rela, pada akhirnya golongan yang seagama harus membentuk suatu wadah organisasi. Hakekat dari semua organisasi adalah ada struktur, ada jenjang, ada pembagian tugas dan tanggungjawab.

Agar roda organisasi, atau roda institusi, atau roda lembaga, dapat berputar mulus tidak berderik dan tidak berderak, politik menjadi sebuah keharusan.

Maka, pada sidang paripurna dalam rangka memilih pemimpin tertinggi organisasi, dukungan kekuasaan negara selalu dilibatkan.

Akan tetapi kenyataan tidak dapat selalu semanis harapan, selalu ada deviasi. Meskipun deviasi kecil, dampaknya bisa sangat signifikan. Karena deviasi itu, pelakunya adalah para bajingan.

'4. Selalu Ada Bajingan

Akan selalu lahir dua jenis bajingan,  dua-duanya  berkaitan dengan kekuasaan. Bajingan yang menggunakan agama menjadi alat tawar-menawar kekuasaan di negara, dan bajingan yang menggunakan politik negara menjadi alat tawar-menawar kekuasaan di agama. Dua jenis bajingan ini yang menyebabkan tumbuhnya rasa antipati terhadap politik dan rasa takut terhadap agama. Dua jenis bajingan ini yang merusak kemesraan agama dan politik.

Pada saat dimintai pertanggungjawaban terhadap kesalahan personal, bajingan ini akan berteriak keras memanggil seluruh dunia untuk menjustifikasi bahwa telah terjadi kriminalisasi. Bajingan itu sesungguhnya tahu bahwa sama sekali tidak ada kaitan dengan agama, dan lalu tertawa melihat lawannya yang jujur tapi tolol terkapar tidak berdaya.

Sangat tidak rasional menyalahkan agama karena kesalahan personal bajingan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun