Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sumpah, Sampah, dan Serapah

17 Desember 2017   14:54 Diperbarui: 17 Desember 2017   15:28 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perilaku mudah mengangkat sumpah berkorelasi positip terhadap perilaku mudah membuang sampah sembarangan, perilaku nyampah yang nyentrik. Jenis-jenis sampah yang digelontorkan ke sungai, danau, dan ke laut sangat mencengangkan. Bayangkan, lemari bekas, kasur bekas, puing bongkaran rumah, computer PC bekas, mayat binatang dan mayat manusia, dan banyak lagi jenis-jenis yang aneh. Masyarakat yang mudah mengangkat sumpah pasti masyarakat yang mudah membuang sampah sembarangan.

Di banyak tempat mudah ditemukan kertas yang ditempel bertuliskan "jangan membuang sampah di sini, hanya anjing yang membuang sampah di sini". Frase ini diperlukan hanya di masyarakat yang nyampah sembarangan, dan meski begitu, di tempat itu tetap saja menumpuk sampah segala jenis.

Perilaku nyampah sembarangan bukan hanya milik masyarakat, pengusaha dan industriawan juga sami mawon. Sungai-sungai yang mendadak berubah warna menjadi merah darah, membuat gempar masyarakat karena menyangka air berubah jadi darah, ternyata adalah akibat limbah pabrik di hulu yang digelontorkan ke sungai tanpa diproses terlebih dahulu.

Bangsa yang mudah mengangkat sumpah, terdiri dari masyarakat yang gampang membuang sampah. Korelasi antara sumpah dan sampah terbukti dengan gemilang.

'3. Serapah

Cermatilah got di setiap perumahan, selalu ada sampah di dalamnya. Merawat got di depan rumah sendiri bukan kebiasaan masyarakat kita, malah lebih sering got di depan rumah disumbat oleh penghuni rumah itu sendiri. Nah, saat hujan deras mengguyur beberapa jam, banjir menerjang ke rumah, maka berhamburanlah sumpah-serapah, menyumpahi aparat pemda dengan segala makian, semua jenis hewan di kebun binatang ditimpakan ke aparat pemda.

Saat banjir melanda kota sampai setinggi dada orang yang tinggi badannya paling tinggi di kota itu, masyarakat refleks melontarkan sumpah-serapah ke aparat pemda. Tidak becus, tidak mikir, dasar koruptor, dasar munafik, tukang tidur, makan gaji buta, taunya hanya menilep anggaran, semua jenis kata makian yang ada di kamus atau yang tidak ada di kamus ditujukan ke aparat pemda. Tidak ada masyarakat yang sadar bahwa got di depan rumahnya dia sumbat sendiri, tidak ada yang mengingat bahwa sampah rumah tangganya digelontorkan ke sungai, lupa bahwa kemaren kasur bekas yang sudah tidak terpakai dia buang ke sungai, kursi bekas yang sudah rusak dicampakkannya ke sungai, bangkai anjingnya yang mati dibuang ke sungai.

Sampah memicu sumpah-serapah, media sosial menjadi saluran terbesar buat menyiarkan sumpah-serapah.

'4. Pemborosan

Sumpah yang dilanggar akan menjadi sampah, sampah yang memicu sumpah serapah, itu semua adalah pemborosan dan kebodohan pada level maksimum, tidak bisa lagi lebih bodoh,  luar biasa degilnya.

Perkiraan harga rata-rata sebatang rokok paling rendah kira-kira 600 rupiah, maka nilai total 500 miliar batang rokok yang dibakar itu sekitar 30 triliun rupiah, hebat. Masyarakat berhenti merokok selama setahun, bangsa ini mempunyai uang membangun generator listrik 5000 MW. Target pemerintah membangun pembangkit 35000 MW dapat diperoleh dengan berhenti merokok 7 tahun. Pemborosan pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun