Mohon tunggu...
Jonminofri Nazir
Jonminofri Nazir Mohon Tunggu... Jurnalis - dosen, penulis, pemotret, dan pesepeda, juga penikmat Transjakrta dan MRT

Menulis saja. Juga berfikir, bersepeda, dan senyum. Serta memotret.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Memilih Jokowi dengan Bantuan Tabel

30 Maret 2019   15:07 Diperbarui: 30 Maret 2019   15:16 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya memilih mendukung Jokowi sejak dia mencalonkan diri menjadi Guberur DKI. Lalu memilih pasangan Jokowi-JK pada Pilpres 2014. Kini, pada Pilpres 2019, saya tetap akan memilih Jokowi, kali ini berpasangan dengan Ma'ruf Amin. Tetapi saya tidak mendukung Jokowi ketika ikut pilkada untuk pemilihan walikota Solo, sebab saya bukan warga Solo, dan belum mendengar pula kiprah beliau, kecuali ketika Jokowi ditulis oleh Majalah Tempo sebagai salah satu walikota terbaik di Indonesia saat itu. Jokowi dan beberapa walikota lain menjadi gambar sampul majalah Tempo edisi.22-28 Oktober 2008, 11 tahun yang lalu.

Ada tiga  alasan yang saya padatkan mengapa saya mendukung Jokowi, dan tentu saja juga mendukung Makruf Amin.

Alasan pertama adalah rekam jejak Jokowi sejak menjadi pengusaha mebel hingga sekarang. Kedua adalah membandingkan prestasi Jokowi dengan Prabowo. Prestasi yang saya maksud adalah capaian pribadi kedua pihak di tingkat nasionaonal, sejak mereka dikenal sebagai tokoh publik. Sedangkan alasan ketiga adalah hasil dari tabulasi yang saya buat untuk membandingkan keduanya.

Saya mulai satu per satu menjelaskan ketiga alasan itu dengan singkat. 

Pertama rekam jejek Jokowi. Saya tidak mengenal Jokowi secara pribadi. Belum bernah berjumpa, apalagi berjabat tangan. Saya hanya membaca tentang pria kurus ini dari media.

Media yang saya baca adalah Kompas (dan groupnya), Tempo (dan groupnya) dan media resmi lainnya. Jadi, informasi dari blog tidak saya hitung, juga postingan yang disebarkan melalui media sosial. Informasi melalui blog (milik orang yang tidak saya kenal) dan media sosial memiliki tingkat akurasi paling rendah. Begitu yang saya yakini. Memang ada pengecualian: saya masih mempercayai akun pribadi tokoh (juga kawan-kawan) di media sosial, yang saya yakini bahwa akun itu memang milik tokoh bersangkutan.

Jejak Jokowi yang saya ketahui bermula sebagai pekerja di Aceh. Penghasilannya di Aceh tidak besar, sehingga ketika dia kembali ke Solo duitnya sudah habis untuk ongkos dan lainnya.  Lalu di Solo dia merintis bisnis furnitur dengan modal Rp0. Bisnis ini maju.

Lalu Jokowi dikenal sebagai pengusaha mebel. Dia menjalankan bisnisnhya di kota Solo, tempat dia dibesarkan. Hasil produknya diekspor ke banyak negara. Di masa jadi pengusaha ini Jokowi banyak mengenal pengusaha dari mancanegara, juga pengusaha lokal, dan sejumlah tokoh, termasuk Luhut Panjaitan yang sekarang menjadi salah satu Menko di kabinet yang dibentuk Jokowi.

Kiprah Jokowi sebagai pengusaha yang mengekpor produknya sampai ke mancanegara  ini memperlihatkan dua hal kepada kita. Pertama, sebagai pengusaha Jokowi pandai menjalankan usahanya, dan sukses pula. Dia bisa melihat peluang, dan mencari keuntungan yang terbesar yang bisa dicapainya sebagai pengusaha yang memproduksi dan memasarkan furnitur.

Kedua, dia bisa menyenangkan banyak pihak dan sekaligus dihargai oleh pihak lain. Ini terlihat dari kesinambungan bisnisnya dan partner bisnisnya yang membeli secara berkelanjutan. Jika customer melakukan pemesan terus (repeat order), hal ini menunjukkan bahwa Jokowi bisa mempertahankan mutu produknya, dan menjaga hubungan baiknya dengan customer. Ini kelihatan sepele, tapi banyak pegusaha yang gagal soal ini. Sebagian pengusaha sering terlena dengan pesanan banyak sehingga abai pada kualitas, sehingga customernya satu per satu hilang.

Di saat menjadi penguasaha ini, Jokowi melangkah ke dunia politik menjadi walikota, dengan segala perjuangannya. Semua tokoh politik mengetahui prestasi Jokowi ketika menjadi walikota. Dia berani mengambil keputusan yang tidak populer, yaitu ketika dia menolak keputusan Gubernur Jawa Tengah untuk mendirikan mal di Solo. Di saat itu, hampir tidak pernah terdengar ada walikota yang berani menolak keputusan gubernur.

Kita tahu, akhirnya Jokowi terpilih menjadi walikota untuk priode kedua dengan suara fantastis (90% lebih), nyaris tanpa kampanye. Dia juga terpilih menjadi salah satu walikota terbaik di Indonesia pada 2008.

Kisah karir Jokowi selanjutnya kita ketahui bersama. Dia ---bersama Ahok--- sukses mengalahkan petahana Fauzy Bowo dalam pemilihan Gubernur DKI.

Alasan kedua saya mendukung Jokowi adalah prestasi dia. Sejak dicalonkan menjadi gubernur DKI Jakarta dan terpilih, Jokowi memperlhatkan prestasi yang tak biasa bagi seorang gubernur di Indonesia. Bersama Ahok dia membangun Jakarta seperti yang diinginkan oleh gubernur-gubernur yang lalu.

Di beberapa hal  kebijakan yang mereka ambil langsung terasa di masyarakat. Terutama soal banjir Jakarta. Praktis tidak ada genangan air yang besar dan lama di Jakarta sejak dibenahi oleh Jokowi dan Ahok. Ini sesuatu yang mustahil bisa dibayangkan oleh gubernur lain. Bahkan Gubernur Fauzy Bowo atau Foke pernah berkata semasa menjadi gubernur: hanya Tuhan yang bisa mengatasi banjir Jakarta.

Di awal masa pemerintahannya di DKI, bersama Ahok, Jokowi langsung memutuskan membangun MRT, LRT, jalan tol Mampang-Cileduk, dan sebagainya. Semasa pembangunan memang terjadi kemacetan yang luar biasa. Tetapi setelah semua selesai, macet berkurang. Atau setidaknya, bagi yang tidak ingin merasakan macet, bisa menggunakan traportasi umum yang sudah jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya, termasuk Transjakarta.

Prestasi Jokowi di masa jadi gubernur ini seolah-olah menjadi tiket bagi dia untuk menjadi presiden. Setelah  dilantik menjadi presiden, Jokowi langsung mengambil kebijakan yang amat sulit sebenarnya: dia menghapus subsidi bahan bakar minyak, dan uangnya dialihkan untuk membangun infrastruktur di seluruh Indonesia, terutama di luar pulau Jawa.

Sudah umum diketahui bahwa dalam masa empat tahun, Jokowi membangun jalan tol yang sudah terbentang lebih panjang dibadingkan  seluruh jalan tol yang dibangun oleh semua presiden sebelumnya.  Juga waduk, lapangan terbang, pelabuhan, dan sebagainya. Efek ekonomi dari pembangunan ini memang tidak segera terasa, tetapi di atas kertas, ekonomi akan bergerak cepat setelah pembangunan infrastruktur selesai semua. Bahan baku dan produk setengah jadi atau produk jadi menjadi lebih lancar dibawa dari bandara ke pabrik, dan sebaliknya.

Prestasi Jokowi ini tampak oleh dunia. Oleh karena itu, tidak heran jika media asing memberikan penghargaan yang tinggi kepada Jokowi. Kepala negara asing juga memberi hormat atas prestasi pria kurus, yang sekilas tidak meyakinkan ini. Majalah Internasional yang pernah menjadikan wajah Jokowi sebagai foto sampul depan adalah Fortune (edisi Maret 2014), Time (27 oktober 2014), dan Globe Asia (edisi Januari 2014).

Banyak prestasi Jokowi lain yang tidak bisa dituliskan di sini karena terlalu panjang. Dan sebenarnya, prestasi jokowi itu sudah menjadi pengetahuan umum bagi orang yang sering membaca media massa.

Titik kehebatanJokowi adalah dia fokus membangun infrastruktur. Infra struktur yang dibangunnya sejatinya adalah item yang sudah direcanakan oleh para presiden sebelumnya. Jadi, Jokowi mengeksekusinya. Jadi, perdebatan tentang mengapa ini dibangun dan mengapa itu tidak dibangun bisa dihindari. Karena sibuk membangun infrastuktur dan membenahi ekonomi, seolah-olah (atau beneran?) Jokowi terkesan"membiarkan" urusan hukum dan HAM berjalan sebagaimana adanya dulu. Dia tidak mencampuri urusan yang banyak dituntut oleh para aktivis demokrasi itu. Urusan ini memang ruwet karena melibatkan banyak nama besar baik yang sudah meninggal, maupun yang masih hidup dan berkuasa.

Selain membangun infrastruktur, kehebatan Jokowi yang lain adalah dia pandai memilih anggota timnya di kabinetnya yang bisa bekerja dengan baik, dan bisa bekerjasama dengan baik. Di sini terdapat nama Sri Mulyani, Susi Pudjiastuti, Jonan, Basuki Hadimulyono, dan lainnya. Juga Sofyan Jalil yang jarang terdengar, tapi dia bisa menerbitkan belasan juta sertfikat tanah yang dibagi-bagikan oleh Jokowi di seluruh Indonesia.

Beberapa nama yang dianggap bekerja tidak baik, atau tidak bisa bekerjasama, atau sebab lain yang tidak diumumkan, diminta berhenti sebagai anggota kabiner, termasuk Anies Baswedan (sekarang Gubernur DKI Jakarta), Rizal Ramli, Sudirman Said, Andrinof, dan lainnya.

Sebaliknya yang terjadi di pihak Prabowo. Belum ada prestasi Prabowo yang membanggakan secara nasional atau internasional yang diberitakan oleh media massa. Tidak ada berita tentang prestasi anak begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini sejak dia dikenal sebagai tokoh publik. Baik sebagai individu, pengusaha, militer, dan organisasi. Justru sebaliknya, berita media massa pada akhir karir militernya, nama Prabowo dicatat dengan kuang sedap, sebab dia dipecat dari militer pada 1998. 

Prabowo juga tidak dikenal sebagai orang yang melahirkan pemikiran blirian. Tidak ada opini atau hasil pemikirannya yang menjadi wacana atau perdebatan secara nasional. 

Sebenarnya, dalam hal prestasi boleh dibilang Jokowi terbang ke langit, sedangkan Prabowo masih merangkak di bumi.

Alasan ketiga saya mendukung Jokowi adalah karena Jokowi memiliki skor yang tinggi pada tabel yang saya buat. 

Tabel ini saya pakai untuk membandingkan  Jokowi dan Prabowo tentang banyak hal. Tabel ini untuk menarik kesimpulan siapa yang lebih pantas saya dukung menjadi presiden antara Jokowi dan Prabowo. Bentuk tabel itu seperti di bawah ini

Tabel di atas saya buat terpisah. Satu tabel untuk Jokowi dan satu tabel untuk Prabowo.  Kolom No hanya diisi  untuk nomor urut. Sedangkan kolom normor 2 untuk menulis isu atau info tentang Jokowi atau Prabowo, baik yang positif maupun yang negatif. Isu itu harus jelas sumbernya, dari media yang bisa diterptanggungjawabkan. Nama media atau link media ditulis di kolom 3 (sumber). Jika ada hal lain yang perlu saya cantumkan, saya tulis di kolom keterangan.

Tentang sumber perlu saya tambahkan. Sumber informasi ini harus dari media resmi. Jika tak ada di media resmi, bisa jadi isu atau info itu hanya hoaks. Jadi, bila saya menulis isu atau informasi, tapi saya tidak menemukan sumbernya di media mainstream, saya akan menulis di kolom sumber "tidak ditemukan". Jika kolom ketiga ini berisi "tidak ditemukan" artinya, itu jumlah hoax terlalu banyak, dan saya tidak masukkan dalam pertimbangan

Hasil akhirnya, kita dengan mudah melihat dan menilai siapa yang mendapat skor positif yang lebih banyak. Jokowi atau Prabowo. Di tabel saya yang banyak skor positif adalah Jokowi.

Begitulah cara saya memutuskan mendukung Jokowi untuk jadi presiden Indonesia periode 2019-2024. Anda semua juga bisa menggunakan tabel ini untuk membuat perbandingan antara Jokowi dan Prabowo.

Kesimpulan saya, dari tiga alasan di atas, saya dengan yakin akan memilih Jokowi-Amin pada 17 April nanti. Bahkan saya juga berkesimpulan kurang baik bagi Indonesia jika Prabowo yang terpilih sebagai presiden karena dia belum mencatat prestasi pribadi secara nasional di bidangnya, dan juga banyak info negatif tentang Prabowo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun