Sedimen (endapan lumpur) Rawa Pening terlebih menimbulkan persoalan. Hendak "dibuang" ke mana?
"Sejak 2007, kami telah melakukan serangkaian penelitian dan uji coba untuk mendayagunakan sedimen Rawa Pening sebagai bahan baku media persemaian dan pupuk organik, " ujar Eka Mardiyana, pelaku agro industri yang turut mendirikan komunitas Negeri Loh Jinawi (NLJ), LSM yang berkhidmat di bidang pelestarian lingkungan hidup.
Di nursery farm NLJ yang di bangun di belakang kediamannya di kampung Mirombo, desa Rojoimo, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Eka bertahun-tahun mencoba berbagai formulasi untuk mendayagunakan sedimen di bidang pertanian.
"Kami akhirnya berhasil membuat media persemaian dalam bentuk blok dan pupuk organik berbahan dasar sedimen, " papar Eka.
Media persemaian karya Eka yang disebut "blok soil" terbukti disukai petani karena relatif lebih menguntungkan. Selain praktis, penggunaan blok soil mengurangi biaya produksi, terutama di sektor tenaga kerja dan penggunaan pupuk. Komposisi kandungan hara dalam blok soil juga mudah disesuaikan dengan kebutuhan benih tanaman yang disemai sehingga bibit yang dihasilkan memiliki kualitas prima.
Proses menyemai benih dalam soil blok di nursery farm NLJ (dok. opo yo chanel/NLJ)Â
"Selain membantu petani menurunkan biaya produksi, value utama dari produk kami adalah konservasi lingkungan, dalam hal ini menjadi sektor hilir yang produktif upaya penanggulangan sedimentasi di Rawa Pening, " ujar pria kelahiran Boyolali, 1971 itu.
Dengan bahasa yang mudah dipahami, Eka menguraikan nilai-nilai konservasi lingkungan dari usaha yang ditekuninya bersama komunitas NLJ. "Yang paling sederhana, besaran volume raw material blok soil yang kami olah sebanding dengan volume sedimen Rawa Pening yang terangkat.
Itu artinya kami bisa mengurangi tingkat sedimentasi tanpa menimbulkan masalah lingkungan baru. Sedimen yang semula distigma sebagai sampah yang harus dibuang atau dimusnahkan, dengan inovasi sederhana berubah menjadi bahan baku unggul untuk mendukung produktivitas petani atau sebagai material yang efektif untuk merecovery lahan kritis, misalnya bekas tambang galian. "