Mohon tunggu...
J.A Pakpahan
J.A Pakpahan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/penyair/pembaca puisi

Menuliskan realita ke dalam sebuah puisi adalah caraku berdamai dengan kegagalan _J.A Pakpahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seperti Menghirup Udara

9 Juni 2022   13:47 Diperbarui: 9 Juni 2022   13:51 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

SEPERTI MENGHIRUP UDARA

Bukankah kemarin kau ucap sumpah pada bulan?
Tapi, kau bersetubuh dengan bintang- bintang

Bukankah kemarin kau ukir namaku  di dalam dada mu?
Tapi, kau lukis wajah asing di kening dan jemari kelingking mu

Di taman, bunga berguguran
Matamu berkaca- kaca meminta temu.
Ku ucap padamu!
Bagaimana bisa dosa ku lupa?
Sementara ribuan masa, aku tersiksa!

Darah sempat beku,
Bibir sempat bungkam,
Mata sempat tertutup,
Bahkan karya Tuhan sempat ku lupa!

Kini kau basuh kakiku dengan air mata?
Berharap welas asi pada hamba yang terlupa
Bahkan merasa tak pernah berjumpa!
Lalu siapa yang gila?

Kau meludah di atas sumpah
Kau hapus setiap ukiran namaku
Lalu dengan seenaknya kau meminta bertemu kini?

Hina di atas dosa serupa.
Bak siput lupa arahkah kau menilaiku?

Seperti menghirup udara
Aku masih tetap bernapas
Kemudian mandi dengan air segar
Kau mengalir dan ku lupa.

Jack captain
Jambi, 09-06-2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun