Mohon tunggu...
YULIANUS JOKO KRISTIANTO
YULIANUS JOKO KRISTIANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Walaupun Kecanduan Game Aku Juga Juara Di Kelas

30 November 2022   11:30 Diperbarui: 1 Desember 2022   07:28 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Walaupun Kecanduan Game  Aku  Juga  Juara Kelas

Ibu dan anak lelaki itu bertengkar didapur ketika subuh mulai dihiasi oleh riuhnya ayam ayam jago dan sesekali juga lolongan anjing tetangga di sebuah desa Mulyantoro yang Asri. "Tris jangan main Hape terus  belajarlah nanti kamu tidak naik kelas, Bapakmu belikan Hape itu tuk belajar bukan untuk main game terus."  Halaah Mbok simbok dari kemarin hape terus yang diomongkan,  saya punya hape ya untuk mainlah, khan teman-temanku juga main game di Sekolah.!"  "Kamu kalau tidak dengar omongan simbok, nanti kubanting  hapemu lho!, makin besar malah kurang ajar kamu Tris, Bapakmu kerja dikebun payah tiap hari ada duit untuk beli hape malah kamu semaunya!"   " Mbok,  Saya ini  main game juga kuotanya saya beli sendiri gak minta Simbok, ya sudah saya mau mandi dulu mau sekolah, nanti ada ulangan Matematika." Mendengar anak lakinya  berkata begitu Mbok Markem yang  pahit hatinya  tersentuh hatinya membuat hatinya terasa lega. Ada harapan dihatinya  yang tertaruh dipundak anaknya, mengingat dirinya hanyalah seorang jual jamu gendong keliling desa Mulyantoro. Ada harapan anaknya kelak jadi orang dan selalu teringat cerita  Mbok Gladrah  bakul pecel  yang sering bercerita bahwa  anaknya Noto sudah menjadi tentara di Bengkulu.

Setelah mandi  Trisno sambil membawa tas pergi ke dapur untuk sarapan. "Mbok, aku sarapan,"  "Ya sarapanlah, itu ada ikan goreng  Lik Paikem yang kasih kemarin."  "Mbok, Bapak kok belum bangun biasanya sudah bantu simbok meres kunyit?"  kata Trisno sambil sarapan  "Bapakmu lagi gak enak badan semalem  sakit magnya kumat, "   "Ohhh,,,,,, sudah ya Mbok, aku pergi dulu."  Setelah  pamitan  sama Ibunya  Trisno segera lari karena mendengar klakson dari motormya  si Parto jago main game di kelasnya. Mbok Markem senang banget dipamitin anak lakinya dan dengan penuh semangat segera  Ia membuat cairan gula aren sebagai pemanis jamunya. Di hatinya berdoa semoga anak lakinya berhasil kelak, mengingat usianya yang juga sudah tua dan suaminya sudah sakit sakitan, berharap Trisno bisa menjadi  pengganti ayahnya .

Segera Trisno Membonceng Parto sahabat kentalnya menuju sekolah yang cukup jauh dari rumahnya:  Di tengah perjalanan  Trisno  berkata  "Dibyo sudah WA kita To!"   " Ngomong apa Dibyo?"  "Dia ngajak kita main Battleground, ha ha ha main Moba aja timnya keok! Apa yang mau diandalkannya  kalau main Battleground,  nanti kita sembelih dia." Sesampai disekolah mereka berdua segera masuk kelas, dijumpai sudah ada Surip, Larno, Gowor, dan Dibyo lawan main Game Trisno dan Parto. "Ha ha, Dibyo, kau mau ajak main Battleground?, main Moba aja kau sudah kalah 3 kali!"  "Sombong banget kamu Trisno!"  "Kalau gak ada Parto, kau kalah Trisno!, kau menang itu karena ada Parto."   "Diamlah Wor!, kau terbantai terus kayak ayam sayur!"

Para siswa siswi segera berdatangan masuk ke kelas ketika bel sekolah berbunyi. Guru Matematika Pak Sunarwan segera masuk kelas mengajak berdoa  memberi motivasi dan mulai berkata, "Selamat pagi Pak!"  " Selamat pagi anak-anak salam sejahtera untuk kita sekalian!"   "Seperti yang sudah saya sampaikan seminggu yang lalu bahwa kita hari ini ada ulangan Matematika sebanyak 20 Soal, Apakah semuanya siap?"   "Siap Pak"! Sahut Siswa Siswi serentak. "Selanjut soal ulangan sudah Bapak share di GoogleClassroom, anda sekalian bisa membukanya. " Segera anak anak membuka GoogleClassroom  yang  ada di Android masing-masing.

Trisno sebelum membuka GoogleClassroomnya   mengirim pesan  WA Dibyo,   "Dibyo gimana kita main Battleground seperti tantanganmu tadi?!"  "Aduuh!, nanti aja Tris, khan ini ulangan Matematika?, Pak Sunarwan itu Killer lho!"   "Ahhh!, cemen kamu Dibyo tadi nantangin tapi sekarang kamu gak mau!"  "Gimana ya nanti nilai ulangan Matematikaku jelek." "Pokoknya kita main sekarang, kalau sekarang kita  gak mau, artinya kamu kalah!" tegas Trisno.  Melihat kiriman WA begitu hati Dibyo cemas. "Dibyo aku udah bilang sama Yoga supaya kasih contekan ke aku, Dia khan pinter Matematika nanti setelah dia kirim jawaban ku share ke kamu, tenang saja!"  "Ok, kalau gitu Tris kita main Battle ground!" Ulangan Matematika segera dilaksanakan oleh Siswa Siswi di Kelas XI dengan waktu 90 menit. Dibyo juga mengikuti ulangan dan membuka GoogleClassroomnya tetapi dia membuka  dobel layar game ,sementara  Parto,  Dibyo, surip, Larno dan Gowor juga melakukan hal yang sama.

Ulangan sudah berlangsung kira kira 30 menit, sementara itu Pak Sunarwan yang killer,  mengawasi dari meja depan dan sesekali berjalan keliling kelas. Kelihatan dari depan kelas Trisno  dan Dibyo tidak sesibuk teman-temannya. "Trisno, kenapa kamu tampak belum mengerjakan soal?,  Bapak lihat kertas buram kalian masih kosong ."  "Saya kerjakan juga Pak!" Jawab Trisno.  "Waktu berjalan terus, harus gunakan waktu dengan baik?"  "Iya Pak!" Sahut Trisno. Waktu sudah berjalan 70 menit sementara kiriman jawaban dari Yoga satupun belum ada, Hati Trisno mulai kalut.  "Yoga, mana jawabannya, waktu hampir selesai!"  Yoga tidak memberi jawaban, mulailah raut muka Trisno menampakan kegelisahan pada saat itu, dengan langkah cepat Pak Sunarwan menuju ke arah Trisno  dan  yang membuat Trisno gelagapan. "Trisno HP kamu Bapak sita, ikuti saya ke Kantor, tidak hanya sekali ini kamu berlaku demikian!"

Pak Sunarwan dibuat geram oleh kelakuan Trisno yang seolah tidak mempan dengan hukuman yang selama ini diberikan kepada Trisno, sambil menahan emosi Pak Sunarwan berkata kepada Ibu Mariah seorang Guru BP :"Bu Mar!, ini HP nya trisno, kusita karena pas ulangan main game, tolong di tangani ya Bu Mar, saya tak minum dulu."    "Ya Pak, terima kasih  akan saya konseling."

"Trisno duduk didepan Ibu!, kamu lagi kamu lagi mau jadi apa kamu!" Sambil duduk didepan Bu Mariah Trisno menatap wajah Ibu Mariah. "Sekali lagi kutanya kamu Trisno, mengapa kamu selalu main game  ketika belajar dan bahkan ini ulangan?!"   "Saya suka main game Bu, saya gak suka belajar saya sering bosan."  "Terus kalau kamu bosan belajar lalu apa dapatnya kalau kamu main game terus?"  "Dapatnya saya senang kalau bisa mengalahkan teman, khan keren Bu!"  Mendapati jawaban seperti itu membuat Bu Mariah merasa jengkel. Lalu berkata kepada Trisno :"Kamu main game sama siapa?"  "Saya main game sama Parto, Dibyo, Surip, Larno, dan Gowor Bu." "Panggil ke lima  temanmu itu!" Dengan cepat Trisno memanggil ke lima temannya di Kelas.  "Pak saya  ijin tuk panggil Parto,Dibyo, Surip, Larno, dan gowor dipanggil Bu Mariah ke ruang BP."  " Parto, Dibyo, Surip, Larno, dan Gowor keluarlah ikut Trisno  ke ruang BP!"  Setelah diijinkan oleh Guru Bidang Studi kelima  siswa itu mengikuti Trisno ke ruang BP.

"Nah kalian lagi kalian lagi yang bikin ulah, kamu parto!, siapa yang mengajakmu untuk main game?!" "Trisno yang ajak saya Bu." "Dibyo! siapa yang mengajakmu main game?" "Trisno Bu." Begitu seterusnya  sampai ke lima anak itu mengatakan bahwa Trisno yang mengajaknya main Game. Walaupun demikian  tetap saja Trisno  tidak membenci teman temannya pun  semua tuduhan tertuju kepadanya , karena bagi Trisno mengalahkan teman-temannya merupakan kesenangan, teman-temannya itulah yang bisa membuatnya senang. "Hari ini  HP kalian kami sita selama  dua minggu!, bisa diambil jika orang tua kalian datang ke Sekolah!"  setelah mengatakan demikian Ibu Mariah mempersilahkan Ke enam siswa tersebut keluar ruangan BP.

Menjelang usai pelajaran sekolah Trisno dan temannya dengan hati sedih harus kehilangan HP . "Gara gara Trisno kita gak punya HP jadinya!"  "Iya  Trisno ceroboh!"  "Sudahlah!, ntar juga  kita dapatkan  lagi HP kita."  Kata teman teman Trisno . Karena jam sekolah sudah usai mereka semua pulang ke rumah masing-masing, tak terkecuali Trisno yang  selalu mbonceng Parto pulang ke Rumah.

"Tris Bapakmu tambah parah sakitnya, tadi Simbok juga gak jualan urus Bapakmu."  "Bapak sudah minum obat belum Mbok?"  "Sudah minum obat yang tempo hari  obat  dari Puskesmas tapi waktu makan Bapakmu muntah muntah." Saat itu Trisno menuju kamar Bapaknya , ada rasa iba Trisno  saat  melihat Bapaknya  tertidur lemah kamar.  

Trisno hari itu tanpa HP ditangannya, ini yang membuat Trisno merasa bosan karena apa yang menjadi kesukaannya  lenyap, dan kadang kadang  dilampiaskan dengan memukul-mukul meja, menjerit ataupun mengganggu teman-temannya. Menyadari  perubahan  psikis yang dialami oleh Trisno, Ibu Weni  seorang Guru Kewirausahaan memohon ijin kepada Ibu Mariah supaya bisa membantu menangani kondisi Trisno karena Bu Weni tahu betul latar belakang keluarga Trisno. Upaya Bu Weni di tanggapi sangat baik oleh Bu Mariah. Saat  jam pelajaran kewirausahaan Bu Weni mengajak Trisno ke Kantor.

"Trisno, duduk sini sama Ibu?"  "Iya Bu, ada apa ibu manggil saya?"  "Duduk saja khan ini juga pelajaran Ibu, Gimana kabar Ibu dirumah,  apakah Ibu baik baik?"  "Baik Bu!"  "Saya salut banget dengan ibumu, walau sudah tua semangat hidupnya tinggi banget."  "Terus bapak, gimana kabarnya Tris, apakah bapak sehat?"  "Bapak lagi sakit sekarang Bu."  "Ku tau bapak juga semangatnya tinggi banget pagi-pagi udah pergi  bantu Simbok bikin jamu lalu  pergi ke Kebun demi Trisno ."  Lanjut Bu Weni :"Trisno  harus bersyukur punya  bapak dan simbok kayak gitu yang tentu banyak temanmu, tidak seberuntung kamu, dan ku yakin Trisno tahu kenapa saya panggil Trisno, sampaikan salamku buat bapak dan simbok dirumah  ya Tris?"  Setelah Bu Weni berkata begitu  tak tahu kenapa ada rasa  yang seolah menusuk hatinya, dan membuat matanya berkaca kaca.  Seketika itu Ibu Mariah Guru BP datang dan berkata kepada Trisno : "Trisno, dua minggu lagi salah saatu dari orangtuamu harus datang untuk ambil HPmu!"   "ya Bu,"   "Pulanglah Trisno,  dua minggu lagi kami tunggu kedatangan orang tuamu." Kata Bu Mariah.

Trisno segera keluar ruangan untuk menemui temannya Parto. Jika biasanya Trisno dan Parto bercerita tentang permainan game ketika pulang kerumah, kini keduanya diam tak sepatahpun terucap. Setelah setengah jam perjalanan pulang sampailah mereka di depan rumah Trisno, seketika itu segera Trisno turun dari motor Parto sambil berkata: "Makasih ya to, atau kalau mau mampir dululah?"  "Gaklah Tris nanti hujan kapan-kapan wae ya."  Trisno segera berlari menuju rumahnya dan masuk meletakan tasnya di kamar, ganti baju lalu langsung ke dapur untuk menemui ibunya. Waktu berada di dapur ibunya sedang memeras kencur dan ramuan lainnya untuk persiapan keliling desa. " Simbok, dua minggu pagi- pagi sama saya pergi ke Sekolah."   " Lhooo , emang kenapa kok simbok disuruh datang ke Sekolah?"  "Trisno main game waktu ulangan Matematika dan HP disita, sebagai sarat untuk bisa ambil HP, Simbok harus datang." "Trisno, Simbok gak bisa pergi, Simbok keliling desa jualan jamu untuk biaya sekolahmu, sedang Bapakmu juga sakit."  Mbok Markem menyadari bahwa anaknya memang nakal, dengan sesenggukan menahan tangis Mbok Markem berkata : "Tris, kamu udah besar simbok dulu melahirkan kamu supaya kamu jadi anak yang baik, sekarang ya terserah kamu, kamu sudah besar." Sambil duduk dan mengambil jarikya yang lusuh Mbok Markem menyeka air matanya. Melihat Simboknya  menangis, seakan ada bilah tajam  menusuk hati Trisno, perasaan  rasa bersalah  dan iba mendera  hati Trisno. Trisno mengambil piring untuk makan, tetapi segera dikembalikan lagi piringnya, seolah rasa lapar hilang akan rasa penyesalan  karena telah melukai hati Simboknya.

Keesokan harinya seperti biasa Parto menjemput Trisno dan sebelum pergi Trisno pamitan. "Simbok , Trisno pergi sekolah." Mbok Markem diam saja sambil merapikan botol botol untuk dimasukan ke keranjang gendongnya. Trisno menyempatkan diri sejenak ke kamar bapaknya yang sakit, dilihat bapaknya tambah kurus sedang tertidur. Segera Ia berlari menuju Parto. Dalam perjalanan menuju sekolah hati Trisno sedih banget akan nasib Simbok dan Bapaknya. Setelah selang dua minggu  disekolah sudah ada orang tua Parto, Dibyo, Surip, Larno, dan Gowor mereka datang untuk mengambil HP. Orang tua mereka dilayani pihak Sekolah dengan syarat supaya penggunaan HP di Rumah harus diperketat demi pendidkan anak-anak mereka. Tibalah giliran Trisno menghadap Bu Mariah.  "permisi Bu, boleh saya masuk?" "Boleh, masuklah Trisno!"   "Bu, bapak saya sakit, dan ibu saya jualan keliling jamu gendong jadi hari ini gak bisa datang."  Ibu Mariah menatap wajah Trisno yang tampak pucat dan rasa bersalah. "Kenapa, kamu tampak kurang tidur Trisno?"   " Semalem  saya bantu simbok buat ramuan jamu Bu, lalu apakah saya bisa ambil HP saya?"  "Ohhh bisa asal kamu janji untuk tidak mengulanginya lagi!"  "Saya janji Bu, tak akan mengulangi lagi." Kata Trisno penuh harap. "Apa janjimu bahwa kamu gak akan ulangi perbuatanmu lagi?"   "Saya janji jika saya ulangi lagi, saya akan keluar dari Sekolah dan saya mau bantu  Simbok jualan Bu."  Mendergar jawaban Trisno Bu Mariah kaget lalu berkata : "Pada dasarnya kami semua ingin Trisno jadi baik dan berhasil kelak, itu kebanggaan kami semua ."  "Terima kasih Bu."  "Ini HP mu ambil dan gunakan untuk belajar, lalu masuk kelas sana , nanti kamu terlambat pelajaran."   "Terima kasih Bu." Lalu Trisno menyalami Bu Mariah kemudian bergabung bersama teman-temannya di kelas.

Setelah selesai waktu sekolah seperti  biasanya  Trisno pulang bersama Parto dengan perasaan lega. Sesampai di Rumah Trisno langsung meletakan tas, ganti baju, melihat bapaknya yang dikamar sedang sakit  lalu menuju dapur untuk makan..Trisno melihat Simboknya sedang mempersiapkan bahan bahan jamu gendongnya.  Kata Trisno : "Simbok, setelah makan saya mau pergi ke bengkelnya Lae Laban."   "Untuk apa kamu  ke bengkel?"  "Saya mau belajar dibengkel Lae Laban Mbok, siapa tahu Lae Laban ijinkan saya belajar."   "Ya sudah kalau itu maumu jangan buat ulah, ingat Tris, kamu orang gak punya."  "Iya Mbok." Setelah menyelesaikan makannya Trisno pamit Ibunya menuju rumah Lae Laban yang kira-kira seperempat jam berjalan kaki dari rumahnya .

"Lae, aku mau belajar di Bengkel lae boleh gak?"  "Ada apa rupanya kau Trisno mau belajar bengkel?"  "Gini Lae Bapak aku sakit jadi aku mau ikut belajar di bengkel Lae, mungkin tampal ban dulu atau cuci cuci bongkar mesin lah Lae, nanti Lae mau kasih aku uang  berapapun gak masalah." Melihat ketulusan dan keseriusan Trisno hati Lae Laban tersentuh. "Iya sudahlah kau Trisno, kau lihat si Seno tampal ban, biar kau bisa dulu, kau bantu Seno itu." "Terima kasih Lae."  Hati Trisno gembira banget diijinkan untuk belajar di bengkel Lae Laban. Hari menjelang petang bengkel ditutup  dan Trisno mendapat uang sepuluh ribu sebagai hasil dari bantu bantu di bengkel. Segera Ia pulang kerumah, dan berkata kepada Simboknya : "Mbok, aku boleh bantu bantu dibengkel Lae Laban, saya dikasih uang sepuluh ribu tadi." Mendengar itu hati Simbok Markem gembira banget, gembira karena anaknya sudah mengerti keadaan keluarganya, anak yang akan menjadi andalan hidupnya dikala  sudah tidak kuat lagi. "Syukuri ya nak, mandilah dulu nanti kemaleman!"  "Iya Mbok." 

Setiap hari setelah sekolah Trisno selalu datang ke  Bengkel Lae Laban untuk belajar dan menbantu pekerjaan dengan rajin dan penuh semangat, selalu ada saja penghasilan yang didapat setelah membantu kerja di Bengkel, Lae Laban sangat menyukai Trisno. Trisno selain rajin tapi ternyata juga cepat bisa menyerap hal hal yang berhubungan dengan mesin. Di Sekolah Trisno berubah seratus delapan puluh persen, semua pelajaran diikuti dengan baik semangat belajarnya melonjak prestasinya meningkat drastis dan karakternya  membuat para Guru keheranan. Lae Laban segera memberi pekerjaan Trisno sebagai penambal ban dan perbaikan mesin mobil menggantikan Seno yang dipindahkan ke bengkel yang lain.

Bulan berganti bulan terus berlalu, setelah melihat perkembangan Trisno yang luar biasa Ibu Weni Guru Kewirausahaan memanggil Trisno.  "Selamat pagi Bu, ada yang bisa saya bantu?"  "Ohh ya Trisno masuklah."  "Trima kasih Bu"  " Trisno, Ibu memanggil kamu pagi ini  memintamu untuk ikut lomba membuat Karya  Tulis Ilmiah.'  "iya Bu"  "Kami tau  dan percaya bahwa kamu bisa mengikuti lomba ini, lomba ini tingkat provinsi, jadi nanti semua biaya ditanggung oleh Selolah lalu apakah kamu bersedia?"  "Jika Ibu mempercayakan pada saya, maka saya akan berusaha dengan maksimal Bu." "Ok, jadi mulai besok kamu boleh masuk di Lab. Komputer dan segala sesuatu sekolah membantu." "Terima kasih Bu." Mendengar jawaban dan sikap Trisno membuat Ibu Weni terkesan.

Hari penulisan Karya Ilmiah dimulai dengan diikuti oleh semua Sekolah Tingkat Menengah Atas seprovinsi. Trisno Menulis Karya Imiah dengan judul "Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan Dengan Bekerja di Bengkel Sepulang Sekolah" Judul itu dipilih Trisno sebagai aktualisasi akan dirinya. Penulisan karya Ilmiah diselesaikan Trisno dengan cepat, terkirim dan tinggal menunggu pengumuman bagi para pemenamg. Sebulan setelah penulisan Karya Ilmiah pada akhirnya diumumkan pemenang lomba melalui Web dan media massa lainnya. Tepat tanggal 28 November 2022, Dewan juri mengumumkan bahwa pemenang lomba  dengan Nomer urut 22  atas Nama "Trisno Kinasih" Sontak gemparlah sekolah dengan kemenangan itu. Semua guru dan karyawan segera mendatangi Trisno untuk mengucapkan selamat, tak terkecuali teman-temannya dan sejak saat itu Trisno terkenal  di seantero kabupaten lebih lebih di kalangan siswa siswi SMA.

Trisno tumbuh menjadi pribadi yang menarik setelah tersentuh oleh kata kata guru dan simboknya, dengan kemenangan itu tampaklah Trisno tidak menunjukan kebanggan sedikitpun di wajahnya. Sepulang dari Sekolah Trisno segera menemui Simboknya dan berkata :"Simbok saya menang menulis  Karya Ilmiah, dan ini uang sebanyak Lima Juta untuk  beli obat  Bapak."  Mendengar itu Simboknya  menangis dan memeluk anak lakinya berkata; "Puji Gusti! Anaku berhasil,"   Trisno menuntun Simboknya menuju kamar dimana Bapaknya tergeletak sakit, Melihat istri dan anaknya datang, Pak Karso mengangkat tangannya dan dengan suara lirih  berkata "Trisno sini nak."  Lalu tangan bapak itu mengelus kepala anaknya. Mbok Markem berkata di dekat telinga suaminya :"Pak, anakmu berhasil jadi juara, cepat sembuh, nanti  ke pasar mau di belikan Trisno batik baru," Wajah Pak Karso berkaca-kaca karena bahagia mendengar ajakan istrinya. Trisno  bersama simboknya membenarkan posisi tidur bapaknya lalu  segera kembali bekerja di Bengkel Lae Laban.

Setelah ganti pakaian Trisno segera berjalan menuju bengkel Lae Laban. Setiba di Bengkel, Lae Laban berkata: "Weeeh, kau jadi juara rupanya, hebat kali  kau Trisno, nanti Desember kuajak kau ke Medan biar tau kau danau Toba!" "Terima kasih Laeku, semua ini berkat Lae juga." "Pintar kali kauTrisno!"  Sekilas setelah Trisno bercakap-cakap dengan Lae Laban, tiba --tiba ada motor di datang dengan klakson berbunyi :" Mas mau ganti oli, kalau ganti oli berapa Mas?"  "Kalau ganti oli sama isinya lima puluh ribu Mbak, yang lima ribu tuk ongkos isnya." "Ohh, gak apa Mas tolong ganti oli ya?"  Segera Trisno mengambil oli baru dan  peralatannya  membuka wadah oli lalu menuangkan ke motor Sang Gadis .  Sambil mengisi oli Trisno memandang kearah sang gadis yang duduk di kursi sambil berkata::"Emang Mbaknya darimana ini?"  "Saya dari Sekolah Mas tadi ada ekskull tari."  " Ohh, Mbak nya kelas berapa sekarang?"  "Saya kelas XII kalau Mas sendiri?"   "Sama saya kelas XII juga. Setelah kira kira lima belas menit selesaiah Trisno mengisi oli motor Sang Gadis , Trisno berkata: "Mbak, sudah selesai."  "Terima kasih Mas." Dengan senyum sambil  melangkah menuju Trisno   Sang Gadis memberikan uang lembaran lima puluh ribuan lalu Trisno menerima dengan senyumanan  jua. Tak ada rasa apapun antara keduanya.

Hari-hari Trisno berjalan seperti biasa, ke Sekolah selalu bersama Parto sahabat karibnya. Namun ada hal yang sangat menonjol dalam diri Trisno semangat belajarnya sangat megagumkan walaupun  Ia tahu bahwa dirinya tak mungkin melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Sore, selagi membenahi motor rusak, tiba tiba Sang Gadis yang tempo hari ngganti oli datang sambil markir motornya. "Mas mau tambah angin ni! bannya kurang angin kayaknya."  "Ohhh iya Mbak. Coba ku periksa," Saat itu Sang Gadis menggunakan celana jean hitam  dengan balutan kaos putih yang terlihat begitu anggun, aroma wangi semerbak parfum tercium oleh Trisno hingga menembus dadanya, sekilas mereka saling pandang dan lempar senyuman.  "Ohh ya Mas kubelum tahu nama Mas?" "Namaku Trisno Kinasih" "Ohhh Trisno Kinasih yang menang lomba Karya Ilmiah ya?"   "Ya kalau gak salah he he."  " Aku Sekar Martini Mas."  "Salam kenal Mbak Martini, saya panggil Martini aja ya?" "Boleh Mas."  "Seneng banget bisa kenal kamu."  "sama-sama."  "Sudah selesai ni Martini"  Segera Martini memberikan uang lembaran sepuluh ribu sambil senyum dan start motornya. "Mkasih ya."  "Sama-sama." Kata Trisno .Namun tak tahu kenapa sejak  saat itu hati Trisno merasa nyaman, merasa ada sesuatu kehangatan dari senyum  seorang gadis yang  Ia sendiri belum  begitu mengenalnya.

Waktu  terus membawa kehidupan Trisno dan  tak terasa  sudah mau menjelang semester akhir tingkat SMA. Suatu hari Martini melewati bengkel Lae Laban untuk membeli helm. Tentunya karyawan yang dituju  ya si Trisno, "Mas Tris, aku mau cari helm baru, apakah ada?" "Ada mbak Mar  , silahkan pilih yang warna apa?"  Trisno  mengajak Martini masuk Toko dan menujukan berbagai warna helm. "Yang warna hitam ini berapa Mas?"  "Seratus dua puluh ribu Mbak."   "Menurut  Mas Tris bagus ga yang ini?"  "tu bagus kok cocok dengan motormu."  "Okelahlah kupilih ini saja."  Sambil mengambil uang ditasnya Martini memberikan uang pecahan dua ratus ribu,  dan Trisno segera mengambil kembalian uang Martini dan membuat nota. Saat itu Martini mengambil Pena yang ada di depan Trisno, lalu menulis sesuatu di nota itu.  "Mas simpan ya itu nomer WA ku."  Trisno menatap Martini sekilas, secepat itu Martini pergi. "Dah Mas ku pergi!"  Trisno tak menjawab, diambilnya  kopelan nota pembayaran itu didapati nomer WA Martini. Trisno segera mengetik no hp Martini  dan dikontaknya terdapat foto Martini berdiri di depan bengkel Lae laban.

Sore menjelang malam sehabis makan malam Trisno mengambil HP, lalu coba mengirim pesan ke Martini tertulis: "Hai Martini ini Trisno, pa kbarmu?"  secepat kilat Martini segera membalas:"Kabarku baik Trisno, pa kabarmu juga?" "Kabarku sangat senang bisa punya no HP kamu." "Ha ha bisa aja kamu Tris, ooh ya lagi apa ni?" "Lagi habis makan, kalau kamu?" "Sama baru habis makan juga Tris." "Lho kok sama ya?" "Cocok kali ha ha."   Malam itu Trisno dan Martini terlibat akrab saling balas WA, seakan keduanya sudah kenal lama, sampai pada akhirnya tengah malam, mereka baru menghentikan chatting  karena terusir oleh ngantuk dan dinginnya malam, Sang Bintang, Rembulan dan alunan alami suara jangkrik menghibur desa Mulyantoro  kala dua sosok sejoli  saling beradu hati.

Keseharian Trisno dilalui seperti biasa namun dalam setiap kegiatan menjadi lebih bersemangat dan suka hati. Setiap sore jam tiga matanya selalu menoleh ke jalan dimana  ada seorang yang lewat dengan suara klakson motornya , seorang yang  selalu mampir dihatinya. Baru saja Trisno mau mencuci karburator motor yang rusak ada suara klakson dan ternyata itu Martini.  "Tris aku bawakan kamu pecel, dimakan ya?" "Aduuh kok repot-repot sihhh kamu Mar?"  "Gak apa kok Tris, tadi siang ada praktek masak pecel dan ku bawain kamu, dimakan ya?"  "Iya mksih lho." Rasa aroma parfum Martini setelan jeans dan kaos putih cukup ketat, serta senyum nan segar membuat Trisno sungguh terpesona. "Udah mau hujan kupulang ya Tris?"  "Iya Martini, hati hati ya?"  

Hari-hari Trisno diliputi oleh suka hati sampai tak sadar bahwa waktu belajar sudah sampai pada semester akhir namun bagi Trisno dalam kesehariannya ada tanggungan hidup yang juga tidak ringan yang harus di lalui, sakit Bapaknya semakin parah yang tentu juga butuh biaya untuk perawatan, sementara hasil kerja jual jamu Simbok Markem hanya cukup untuk hidup sehari- hari  dan ini yang membuat Trisno harus banting tulang demi menopang sakit bapaknya. Sambil menunggu bapaknya yang sakit terdengar suara WA nya ada notifikasi.

"Tris lagi apa kamu?"   "..... hmmmm lagi tunggu bapak sakit."   Lanjut Martini "  "Bapak sakit apa?"   "Bapak sakit Mag sama  sakit paru-paru."   "Moga bapak cepat sembuh ya." "Makasihhh, Martini doanya."    "Kamu udah makan?"  "Udah kok,... kamu  sendiri?"  jawab Trisno,  "Tadi udah."   "Besok UAS pertama, mata pelajaran apa?"  Lanjut Martini, "Besok ulangan MTK sama bahasa inggris,"  "Kalau kamu Mar, besok ulangan apa?' "Sama juga besok ulangan MTK sama bahasa inggris,"

"Tris kita udah mau tamat ni, kamu lanjut gak?"  Jawab Trisno, " Hmmmm, aku blum tau kok Mar, .. yang kupikir saat ini bagaimana bapak bisa sembuh,"  Saat itu hati Martini larut dalam sedih, "Harapanku bapak cepat sembuh, nanti aku mau kerumah tuk jenguk bapak."  Jawab Trisno, "Boleh banget kok, tapi maklum ya, rumahku kotor dan bau karena banyak ramuan jamu gendong."  "Gak apa kok Tris khan aku Cuma jenguk bapak."  " Martini mau lanjut mana?" Tanya Trisno,   "Aku mau lanjut ke Lampung rencananya  karena disana ada saudara mama soalnya."  Kata Trisno, "Kudoakan sukses Mar, rencana mau ambil apa?"  "Ku mau ambil Sastra Inggris aja, karena kusuka Bahasa Inggris." Antara Trisno dan Martini larut dalam chatting hingga  malam dan sesekali disertai dengan kiriman video-video lucu dan emoticon-emoticon manis yang membuat chatting  makin hangat sampai keduanya terusir oleh sepi dan  dinginnya malam, terhentikanlah chatting oleh rasa kantuk  dengan beban keduanya harus ulangan esok hari.

Ujian Akhir  Nasional tingkat SMA  dilakukan keesokan harinya dan diaksanakan disekolah masing-masing tak terkecuali juga Trisno dan Martini ikut serta. Setelah berlangsung selama dua minggu ujian berakhir. Selang  setengah bulan pengumunan kelulusan diadakan disekolah masing-masing. Trisno dan Martini dinyatakan lulus dengan nilai sangat memuaskan. Untuk juara kelas Trisno dinyatakan juara ke tiga dan Martini juga juara tiga. Inilah yang membuat  mereka berdua sangat suka  sambil kirim-kiriman chattan nan seru.

Kondisi Pak Karso makin parah inilah yang membuat Trisno sangat sedih, beberapa tetangganya menganjurkan supaya bapaknya dibawa ke Rumah Sakit, beberapa pegawai dinas kesehatan juga menyarankan agar Bapak diopname. Ketika larut dalam sedih WA Trisno terdengar ada notifikasi.  

"Tris, aku dua minggu lagi ke Lampung, yuuk kita hang-out  yuuk,  ke bukit sekali kali?"  "Maaf Mar aku gak bisa, Bapak diopname di rumah sakit, maafin ya, tapi kalau bapak sembuh ku mau kok." "..hmmmm besok saya mau jenguk bapak."  "Boleh kok ditunggu, datang aja jam 9 pagi udah bisa jenguk."  "Ni aku lagi kemas-kemas barang yang kan kubawa ke Lampung." "Ku pingin bantu Mar tapi ku harus tunggu bapak."  'Gak apa Tris, sabar ya, besok sebelum ke rumah sakit ku WA kamu"  "Iya mkasih Mar." WA Martini off seketika.

Kesokan harinya Martini datang ke Rumah Sakit untuk menjenguk Pak Karso, hati Trisno terasa suka banget melihat penyemangat hidupnya datang. Martini membawa bingkisan berupa makanan untuk Trisno dan buah-buahan  untuk Pak Karso. Di Rumah Sakit tak banyak yang dibicarakan keduanya, keduanya terdiam di samping bed Pak Karso,  tak ada kata yang bisa diucapkan keheningan menghalau keduanya. Setelah hampir satu jam, Martini pamitan, "Tris, ini cerpen yang kutulis selama kita saling mengenal, baca ya,"  Trisno mengulurkan tanganya untuk mengambil cerpen yang ada ditangan Martini, saat itulah kedua tangan berpaut erat dengan tatapan yang  seolah  mereka tidak mau terpisah.   

Senin pagi jam 12 siang kesehatan Pak Karso membaik dan boleh dibawa pulang dengan syarat harus membayar uang sebanyak  16 juta suatu jumlah yang besar bagi keluarga Trisno. Sementara uang yang ada baru ada 14 juta, ini yang membuat Trisno harus putar otak untuk mendapatkan uang 2 juta lagi. Trisno meminta waktu tiga hari untuk mencukupinya. Dalam situasi bingung HP Trisno ada notifikasi dari Martini tertulis: "Tris ku pamit, jaga bapak, jaga simbok, dan jaga dirimu ya?"  "Tris, jangan lupain hari-hari manis kita, daaa!"  Hati Trisno seolah tertusuk bilah,sedih dan pediih menahan rasa, terbagi antara  Bapaknya dan Martini sang bunga hatinya. Trisno tak membalas WA Martini. Trisno berjuang sana sini untuk mencukupi biaya bapaknya. Sudah tiga hari namun sampai jam 12 siang Trisno belum dapat uang 2 juta. Satu-satunya cara yang bisa untuk dapat uang adalah HP nya. "Yahhh, HP kujual"

Segera Trisno pergi ke Konter terdekat untuk menjual HP.  "Mas ,saya mau jual HP. Ini HP nya?"  "Mau jual berapa ?"  "Ku jual  satu juta lima ratus ribu Mas!"  "Ahh mana ada HP Gitu satu juta lima ratus ribu, itu kami berani delapan ratuslah." Jawab Trisno, "Tambahi dua ratus ya Mas!" tuk tebus Bapaku dirumah sakit."   Mendengar itu si penjual ada rasa iba dan berkata, "..hmmm, ya sudahlah, sini HPnya!"   Sebelum menyerahkan HP  seketika ada notifikasi  dan setelah dicek ternyata pesan WA dari Martini tertulis: "Tris hari ini aku ulang tahun,"  Trisno segera membalas, "Mar, selamat ulang tahun ya, setelah ini untuk beberap lama ku tak bisa menghubungimu, nonermu kusimpan, dan nanti pasti kuhubungin kamu."

Segera Trisno menyerahkan HPnya ke konter dan rasa hatinya bertambah berat karena Ia harus lama tak bisa hubungi Martini kekasihnya.  Ia segera berlari untuk mengurus bapaknya di Rumah Sakit namun itupun belum cukup , Ia  bersediia untuk jadi jaminan apapun resikonya.

Martini menelpon kontak Trisno namun tidak ada jawaban, sekali lagi ditelpon, tak ada jawaban, telpon sekali lagi sama  juga tak terjawab.  Terasa dihati Martini begitu cemas, rindu  campur sedih dan dengan berurai air mata Ia mengirim pesan ke WA Trisno ,"Trisno, kenapa kamu begitu..!?  Apa salahku...!? Lupakah kamu akan hari-hari indah kita..!? Trisno, please jawab aku!?"  Martini menhamburkan badannya  ke kamar sambil menangis, "Trisno,  aku tak akan menyerah, tunggu aku pulang ya," Terhantar oleh rasa sedih, kangen dan risau membuat Matini lelah lalu  tertidur. Terbangun dari tidurnya Ia segera menggapai HPnya dengan harapan  ada balasan dari Trisno, namun yang dilihatnya  hanya centang hitam dengan profil yang kosong . Hati Martini makin hancur hari hari pertama masa kuliahnya tak seindah pantai pasir putih Lampung. Kenangan-kenangan indah bersama Trisnolah yang membuat dirinya bertahan dengan harapan Trisno tidak berubah ketika pulang liburan semester kelak.

Pak Karso sudah pulang ke Rumah namun Trisno masih punya tanggungan satu juta lagi untuk dibayarkan ke Rumah Sakit. Ia tidak melanjutkan kuliah karena situasi keluarganya dan Ia pun masih bekerja di bengkel Lae Laban demi menanggung kehidupan keluarganya tambah lagi Simbok Markem sudah semakin tua. Semangatnya masih tinggi seperti dulu ketika belum berpisah dengan Martini, di suatu hari yang  mendung , sehabis makan siang sambil menunggu pelanggan Trisno mengambil cerpen yang ditulis oleh Martini. Segera Ia teringat kata kata Martini ketika sebelum berpisah di Rumah Sakit, "Tris, ini cerpen yang kutulis selama kita saling mengenal, baca ya," Maka Segeralah  dibuka  cerpen itu seketika semerbak bau parfum  menusuk hidung Trisno membuat hatinya  terasa begitu damai,  semerbak parfum yang berasal dari seorang gadis yang membuat hidupnya penuh semangat. Sampul cerpen itu tertulis judul   "Ijinkan hatiku tertambat"  disamping kanan  ada foto Trisno sedang  ganti oli, disamping kiri ada Trisno lagi makan pecel, dan pas ditengah sampul  gambar LOVE ada foto Trisno sedang mengenakan helm di kepala Martini. Rasa kangen Trisno semakin menjadi -jadi wajahnya diarahkan ke  350 kilo meter arah Lampung dimana Martini melanjutkan studinya . Untuk menggerus rasa kangennya Trisno segera berkerja memperbaiki motor yang belum selesai diperbaiki. Setiap hari menjelang jam 3 sore, wajahnya selalu diarahkan ke jalan dimana ada seorang gadis yang  lewat dan  selalu membunyikan klakson dengan senyum manis yang terarah padannya. Seorang gadis yang membuat dirinya mengerti akan sebuah rasa. Namun sekarang bunyi klakson motor dan senyuman manis itu sirna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun