Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Lepas di China Report ASEAN

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Harga untuk Sebuah Peringkat Pertama PISA

19 Desember 2019   15:16 Diperbarui: 20 Desember 2019   08:15 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
situasi ruang kelas sekolah menengah di Tiongkok. Sumber: xkyn.net

Di sekolah menengah, kehidupan sehari-hari para siswa pada dasarnya seperti robot. Kehidupan sehari-hari mereka dapat dibagi menjadi 3 kegiatan utama, yaitu tidur, makan, dan belajar. Tentu belajar dan mengerjakan PR menempati porsi waktu yang paling lama. Para siswa di Tiongkok merasa malu karena ketinggalan satu detik untuk belajar. 

Banyak dari mereka makan di kantin sambil belajar. Kegiatan belajar mereka rata-rata dimulai jam 7 pagi dan berakhir pada jam 10:00 malam. Sebagian siswa tinggal di asrama sekolah, sebagian siswa memilih untuk tinggal di luar sekolah. Orang tua mereka rela mengeluarkan sekitar 2.000 RMB (sekitar 4 juta rupiah) atau lebih per bulan untuk menyewa satu kamar di apartemen dekat sekolahnya.

Hari libur dibatasi hanya 1-2 hari per bulan, karena itu banyak siswa tidak memiliki akhir pekan untuk bermain. Pada dasarnya sekolah memaksa siswa untuk berkompetisi. Ulangan mingguan atau bulanan sudah menjadi biasa. Setelah setiap ulangan dilakukan, skor dan peringkat siswa akan ditempel di dinding lorong kelas. Jadi semua guru, siswa, dan orang tua pun tahu bagaimana perkembangan nilai murid. 

Sistem seperti ini menyebabkan masalah mental siswa. Tidak sedikit siswa stres, depresi, hingga bunuh diri. Bicara tentang data siswa yang bunuh diri, Tiongkok lebih tertutup daripada Jepang dan Korea. Meskipun demikian, ketiga negara ini memiliki jejak rekor bunuh diri yang tinggi di kalangan siswa menengah.   

Jam pelajaran yang pajang, guru yang memaksa mereka menghafal, dan segudang peraturan ketat lainnya sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi para murid. Terkait kota ataupun negara dengan waktu telama yang dihabiskan untuk mengerjakan PR lagi lagi ditempati oleh Shanghai, Tiongkok di urutan pertama, yaitu 13,8 jam per minggu.

Rata-rata pelajar di Shanghai menghabiskan 13,8 jam per minggu untuk mengerjakan PR | scoop.it
Rata-rata pelajar di Shanghai menghabiskan 13,8 jam per minggu untuk mengerjakan PR | scoop.it
Kompetisi yang paling sengit di antara sekian banyak kompetisi di sekolah adalah ujian masuk perguruan tinggi atau dikenal dengan istilah Gao Kao. Ambil contoh penerimaan di Universitas Tsinghua pada tahun 2016. 

Tingkat penerimaan Universitas Tsinghua di 31 provinsi kebanyakan di bawah 0,07% dan di bawah 0,02% untuk 2 provinsi terbawah (Guangdong dan Guizhou). 

Saingan Tsinghua, yaitu Universitas Peking, juga memiliki tingkat penerimaan yang sama. Ambil contoh jika kita tinggal di provinsi dengan peserta UN 7,3 juta sedangkan kuotanya 132 kursi, maka peluang kita hanya 0,018% saja.

Bagi kebanyakan orang Tiongkok, kenangan tentang sekolah menengah tetap tak akan terlupakan selama hidup mereka. Oleh karena itu, banyak film atau drama seri yang menggambarkan pahit manisnya saat belajar di sekolah tingkat menengah. 

Tes PISA kali ini, yang menempatkan Tiongkok pada peringkat pertama, mencerminkan kualitas pendidikan yang ideal ataupun tidak, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Pada kenyatannya, mereka memiliki sistem pendidikan yang ketat dan keras sejak lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun